Tautan-tautan Akses

BUDDHISM AND THE TEN COMMANDMENTS <br> Leon Howell - 2003-08-26


Minggu ini, Amerika kembali menghadapi pertanyaan, berapa jarak yang harus dijaga antara pemerintah negaranya dan gereja-gerejanya. Konstitusi Amerika tidak mengijinkan pemerintah membuat undang-undang yang mendukung atau menghambat suatu agama. Selama bertahun-tahun hal ini telah menjadi salah satu ketetapan paling diperdebatkan dari Konstitusi.

Kasus minggu ini berhubungan dengan Roy Moore, ketua Mahkamah Agung di negara bagian Alabama. Dia telah menolak perintah hakim tingkat nasional untuk memindahkan sebuah monumen yang beratnya lebih dari 2 ton dari lapangan pada gedung pengadilannya. Monumen itu memperlihatkan Sepuluh Perintah Allah, simbol keagamaan utama bagi orang Kristen dan Yahudi. Para bapak pendiri Amerika berasal dari Inggris, dimana gereja praktis menjalankan semua hal. Mereka ingin Amerika berbeda. Mereka tidak mengantisipasi sama sekali kalau agama Kristen hanya menjadi salah satu dari banyak agama yang dijalankan di negara kaum imigran ini.

Saat ini, agama Kristen menarik lebih banyak pengikut orang Amerika daripada agama lainnya. Hal itu menyebabkan sebagian orang Amerika berargumentasi bahwa institusi dan hukum negara mereka seharusnya didasarkan pada ajaran Yesus Kristus. Namun jutaan orang Amerika memeluk berbagai kepercayaan lainnya. Mereka menjalankan ritual mereka seolah-olah mereka tidak pernah meninggalkan negara asal. Dan kebanyakan, namun nampaknya tidak semua, para pejabat pemerintah Amerika percaya, Konstitusi mereka benar untuk mengharuskan institusi pemerintah mereka tetap terpisah dari gereja-gereja.

Demikianlah, sementara masyarakat Alabama tengah berdebat apakah akan membiarkan atau memindahkan pahatan Sepuluh Perintah Allah, 7 anak laki-laki Amerika keturunan Asia memasuki biara di sebuah kuil Buddha dekat Washington, DC, dan tinggal selama 10 hari sebagai calon pendeta. Menjalankan versi seperti yang dilakukan oleh banyak anak laki-laki di Asia selama sebulan, mereka mencukur kepala mereka, menukar pakaian mereka yang sudah lazim dengan jubah berwarna kuning jingga, dan masuk ke dalam biara Buddha di lingkungan mereka. Bangun pukul 5 pagi setiap hari, mereka menyanyi dan berdoa selama satu jam, makan dua kali sehari dan tidak makan lagi sejak siang. Tidak ada televisi dan video games yang biasanya selalu ada dalam setiap kamar tidur pribadi orang Amerika dengan kasur yang tebal. Ketujuh anak yang mengagumkan ini tinggal bersama dalam satu ruangan, mempergunakan kantong tidur pada malam hari.

Hal itu merupakan perubahan yang dramatis bagi anak-anak muda ini, bahkan meskipun untuk waktu yang pendek. Mereka merupakan kelompok terbesar yang pernah ada di kuil Thai Wat yang terkenal dengan 2.200 keluarga dalam keanggotaannya. Pada kebanyakan musim panas, kuil ini tidak memiliki calon pendeta, kelompok terbesar sebelumnya adalah 3 anak laki-laki. Tujuh anak itu menciptakan kegembiraan diantara para orang tua dan anggota. Kegiatan itu menyampaikan suatu hal, baik mengenai agama Buddha di Amerika dan juga toleransi keagamaan di Amerika.

Kuil yang dimasuki oleh anak laki-laki tersebut kebanyakan dikunjungi oleh orang-orang Thailand. Komunitas orang Thailand di Amerika telah berkembang dengan cepat, perkiraan yang mungkin adalah 175 ribu orang Amerika keturunan Thai, sejak Amerika melonggarkan prosedur imigrasi pada tahun 1965. Banyak orang Thailand diterima sebagai profesional atau dengan keahlian khusus. Kedudukan ekonomi mereka pada umumnya terjamin. Sebagaimana dengan berbagai komunitas imigran lainnya, institusi Buddha mereka telah menjadi pusat agama dan tempat untuk bersentuhan dengan budaya mereka bahkan saat mereka beradaptasi dengan berbagai hal baru. Kuil Thai Wat menawarkan sebuah tempat untuk sembahyang, belajar tari dan bahasa, perpustakaan, dan berbagai festival yang membawa kepada komunitas lebih luas, termasuk orang yang bukan beragama Buddha.

Orang-orang Jepang dan Cina memperkenalkan agama Buddha ke Amerika seabad yang lalu. Sejak itu, lebih banyak orang Buddha telah datang dari berbagai tradisi berbeda, seperti dari Tibet, Korea, Sri Lanka, Kamboja, Vietnam, Laos dan, tentunya, Thailand. Bahkan mencakup sejumlah besar orang keturunan Eropa. Budhisme sendiri telah merebak di Amerika lebih dari 35 tahun terakhir. Perkiraan yang masuk akal, karena Biro Sensus Amerika tidak menghitung kelompok-kelompok agama, adalah lebih dari 4 juta orang menjalankan agama Buddha di Amerika.

Buddhisme baru berada pada tampilan yang dramatis di Los Angeles, California. Profesor Diana Eck dari Harvard University, menyebutkan kota itu, L.A, sebagai kota Buddha yang paling kompleks di dunia. Lebih dari 300 kuil dan pusat agama Buddha terdapat di sana. Hingga beberapa tahun yang lalu, pendeta Buddha, Ruangrit mengatakan, kuil Thai Wat hanya memiliki 2 pendeta. Sekarang kuil itu memiliki 9 pendeta, semuanya dalam penugasan dari negara asalnya untuk paling sedikit 2 tahun. Ruangrit telah ditempatkan di kuil itu selama 5 tahun.

Ketujuh anak laki-laki Amerika Asia tadi dengan mudah menjalani pengalaman menjadi calon pendeta. Menurut Ruangrit anak-anak itu, yang merupakan orang Thailand, lebih gelisah daripada mereka yang benar-benar hidup di Asia. “Ini disebabkan perbedaan anak dibesarkan dalam masyarakat Amerika dan di Thailand, dimana 95 persen masyarakatnya beragama Buddha.” Ruangrit mengetahui berbagai program calon pendeta serupa di berbagai tempat lain, dekat pantai di Virginia, Miami, Florida dan New Mexico. “Ini penting. Anda dapat membaca mengenai berenang, menonton film mengenai berenang namun hingga anda masuk ke air, anda belum pernah berenang. Anak-anak ini sekarang telah mengalami Buddhisme.”

Ketujuh pendeta muda itu sekarang telah menjadi remaja Amerika lagi. Pada tingkatan dimana mereka memahami pengalaman mereka sebagai calon pendeta Buddha dan debat mengenai Sepuluh Perintah Allah, mereka telah mempelajari dasar-dasar agama mereka sendiri dan juga alasan mengapa Amerika mempertahankan pemisahan antara agama dan pemerintahan. Sementara itu, kembali ke Alabama, perintah pemindahan dari hakim federal masih berlaku. Mahkamah Agung Amerika menolak untuk campur tangan. Hakim negara bagian Roy Moore tetap memutuskan untuk mempertahankan pahatan agama itu di tempatnya. Jadi tahapan ini disiapkan bagi lebih banyak pertentangan. Moore akan kalah. Namun bagaimana hal ini akan diselesaikan, masih belum jelas.

Diterjemahkan oleh Nia Sutadi

XS
SM
MD
LG