Tautan-tautan Akses

Bentrokan Indian Pribumi AS dengan Kulit Putih Asal Eropa - 2003-04-29


Salah satu kisah menyedihkan orang Indian pribumi AS adalah bentrokannya dengan pemukim kulit putih asal Eropa karena masalah agama, ide, dan kultur. Reporter VOA Paul Thompson menyorot kisah hubungan antara pemukim di AS asal Eropa dan pribumi Indian yang telah hidup ribuan tahun di daerah yang sekarang disebut Amerika Utara. Soeprapto bersama Purwati membawakan kisah tersebut.

Berbagai macam suku penduduk pribumi hidup di daerah pantai timur daerah yang sekarang menjadi AS. Mereka berbicara beraneka ragam bahasa. Ada diantara mereka itu petani, dan ada juga pemburu. Ada yang mengalami banyak pertempuran, ada pula yang hidup damai.

Nama-nama suku yang terkenal bagi orang Amerika adalah suku Seneca, Tamohawk, Seminole, Cherokee, dan masih banyak lagi. Suku-suku ini telah lama mengembangkan kultur mereka masing-masing sebelum pemukim pertama dari Eropa tiba di benua baru Amerika. Masing-masing memiliki semacam agama, atau keyakinan yang kuat. Banyak dari suku-suku itu memiliki kepercayaan yang serupa.

Suku-suku Indian di daerah pantai timur Amerika memiliki sistem perdagangan yang berkembang jauh. Menurut para periset, beberapa suku Indian pribumi Amerika itu berdagang berbagai macam barang di seluruh negeri ini.

Pertemuan pertama yang tercatat sejarah antara orang Eropa dan pribumi Amerika di daerah pantai timur itu terjadi dalam tahun-tahun 1500-an. Kaum nelayan dari Prancis dan daerah Basque Spanyol mengarungi Lautan Atlantik. Mereka mencari ikan paus di sepanjang pantai Amerika Utara. Mereka berkemah sementara di sepanjang pantai. Sering mereka berdagang barter dengan suku Indian setempat.

Orang-orang Eropa itu sering membayar suku Indian untuk bekerja bagi mereka. Kedua pihak merasa hubungan mereka sukses. Beberapa kali berbagai kelompok nelayan yang berbeda, berusaha membangun permukiman permanen di daerah pantai tetapi musim dingin tidak memungkinkan mereka hidup secara begitu. Kam nelayan itu hanya bersifat sementara.

Pemukim pertama di daerah New England, Amerika timur-laut, mulai tiba dalam tahun 1620. Mereka ingin hidup berdampingan secara damai dengan penduduk Indian pribumi Amerika. Mereka perlu saling berdagang untuk memperoleh makanan. Pemukim itu juga menyadari bahwa perang akan berakibat kekalahan cepat, karena jumlah mereka hanya sedikit.

Namun, berbagai masalah segera timbul. Barangkali yang paling serius adalah cara berpikir yang berbeda mengenai tanah antara Indian Amerika dan pendatang baru Eropa. Perbedaan itu menciptakan berbagai masalah yang tidak terpecahkan dalam kurun beberapa ratus tahun mendatang.

Tanah bagi pendatang Eropa sangat penting. Di Inggris, dan di kebanyakan negara lain, tanah berarti kekayaan. Memiliki tanah yang luas berarti seseorang memiliki kekayaan yang sangat besar dan memiliki pengaruh politik yang besar pula.

Banyak dari pemukim di benua baru itu di Eropa mungkin tidak pernah memiliki tanah. Mereka terlalu miskin. Dan mereka termasuk golongan pemeluk agama yang minoritas. Ketika mereka tiba di benua baru Amerika, mereka mendapati bahwa tampaknya tidak seorangpun memiliki tanah yang luas.

Perusahaan-perusahaan di Inggris perlu menemukan orang yang bersedia untuk bermukim di benua baru. Karena itu mereka menawarkan tanah kepada siapapun yang mau melintasi Lautan Atlantik untuk mengadu untung. Bagi banyak orang, kesempatan itu merupakan impian yang menjadi kenyataan. Kesempatan itu merupakan cara untuk meemperbaiki taraf hidup. Tanah memberikan mereka kesempatan untuk menjadi kaya dan berpengaruh.

Suku Indian berkeyakinan bahwa tidak seorangpun dapat memiliki tanah. Namun mereka berpendapat bahwa siapapun dapat menggunakan tanah. Siapapun yang ingin tinggal di suatu tempat dan bercocok tanam di sebidang tanah dapat berbuat demikian.

Suku Indian hidup bersama alam. Mereka dapat hidup layak tanpa harus bekerja keras. Mereka dapat berbuat demikian karena mereka memahami tanah dan lingkungannya. Mereka tidak ingin berusaha mengubah tanah. Mereka mungkin akan hidup di suatu daerah untuk beberapa tahun, kemudian pindah. Mereka membolehkan tanah yang pernah mereka tempati dibiarkan ditumbuhi tanam-tanaman lagi.

Mereka barangkali akan berburu di suatu tempat selama beberapa saat, tetapi mereka akan pindah lagi. Mereka berburu hewan hanya sebanyak cukup untuk mereka makan, sehingga jumlah hewan buruan akan terus bertambah. Mereka memahami alam dan berusaha supaya alam dapat menghidupi mereka.

Orang Eropa yang pertama bermukim di New England, Amerika timur-laut hanya sedikit jumlahnya. Mereka memerlukan tanah. Suku Indian tidak khawatir atas kedatangan mereka. Cukup lahan tanah bagi setiap orang untuk bercocok-tanam. Mudahlan untuk hidup bersama. Suku Indian membantu pendatang itu dengan mengajar mereka bagaimana menanaman tanaman pertanian dan hidup di tanah itu.

TetapI orang Indian tidak mengerti mengapa pendatang Eropa ingin tetap memiliki tanah. Gagasan itu asing bagi orang Indian. Ide itu sama saja seperti keinginan untuk memiliki udara dan awan.

Waktu berjalan, semakin banyak pendatang baru untuk bermukim dan tinggal menetap, dan mengambil lebih banyak tanah. Mereka menebang pohon untuk membangun pagar guna melindungi diri dari serangan orang dan hewan. Mereka menuntut agar orang Indian tinggal di luar tanah mereka.

Agama juga menjadi masalah yang timbul antara para pemukim baru dan penduduk pribumi Indian. Pemukim di New England sangat khusuk menganut agama mereka, agama Kristen. Mereka berpendapat bahwa agama Kristen merupakan kepercayaan yang sejati dan semua orang harus mempercayainya. Mereka segera tahu bahwa suku Indian tidak tertarik untuk mempelajari agama itu ataupun untuk mengubah kepercayaan mereka.

Banyak pemukim baru lalu menyadari bahwa penduduk pribumi Amerika tidak dapat dipercaya karena mereka bukan orang Kristen. Kelompok-kelompok pemukim baru mulai merasa takut kepada orang Indian. Mereka berpendapat bahwa orang Indian sebagai orang jahat karena mereka tidak beragama. Pemukim baru mengatakan kepada orang Indian bahwa mereka harus mengubah keyakinan dan menjadi orang Kristen. Orang Indian terheran-heran, tidak mengerti, mengapa mereka harus mengubah sesuatu.

Pemukim asal Eropa tidak bisa memahami bahwa suku Indian pribumi sangat taat beragama dengan sangat mempercayai kekuatan yang tidak terlihat. Penduduk Indian hidup sangat dekat dengan alam. Mereka percaya bahwa semua benda di alam semesta ini bergantung sama satu sama lain. Semua penduduk pribumi Indian mengakui kekuasaan pencipta alam dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Peristiwa-peristiwa lain juga menimbulkan masalah serius antara penduduk pribumi Amerika dan pemukim baru pendatang dari Eropa. Satu masalah serius adalah mengenai penyakit. Pemukim baru membawa penyakit dari Eropa dalam tubuh mereka. Misalnya, penyakit cacar terkenal melanda Eropa. Sebagian orang ada yang mengidap penyakit itu dan membawa bakteri yang menyebabkan penyakit cacar, meskipun mereka tidak menderita penyakit itu.

Penyakit cacar tidak dikenal orang Indian. Daya tahan tubuh mereka tidak mampu melawan penyakit cacar. Penyakit itu membunuh seluruh suku setempat, Dan masalah penyakit cacar, baru merupakan satu soal saja dari penyakit serupa itu. Masih banyak lagi penyakit lain.

Pertemuan-pertemuan pertama antara pemukim baru dan penduduk pribumi terjadi hampir sama prosesnya seperti setiap kedatangan pemukim baru dari Eropa di daerah pantai timur Amerika. Kedua kelompok bertemu mula-mula sebagai sahabat. Mereka mulai dengan saling berdagang untuk memperoleh makanan dan barang-barang lain.

Namun pada suatu saat, terjadilah sesuatu peristiwa dan berakibat timbulnya krisis. Mungkin pemukim baru akan menuntut agar penduduk Indian meninggalkan tanah pemukim baru. Mungkin orang Indian atau pemukim baru ada yang terbunuh. Rasa takut akann mengubah rasa persahabatan. Pihak yang satu atau pihak yang lain akan menaganggapi apa yang dipercayai pihak lain sebagai serangan. Contoh yang baik mengenai hal itu adalah bentrokan dengan kekerasan yang disebut King Philip's War atau Perang Raja Philip.

Matacom adalah Pemimpin suku Wampanoag yang hidup di daerah jajahan paling utara. Dia dikenal oleh orang Inggris sebagai Raja Philip. Tanpa bantuan suku Wampanoag itu, pemukim pertama Eropa di daerah itu mungkin tidak bisa hidup dalam musim dingin. Suku Mampanoag memberi mereka makanan. Mereka mengajar pemukim itu cara menanam jagung dan tanaman pangan lainnya. Kedua kelompok menjadi saling bersahabat selama beberapa tahun.

Namun, waktu berjalan, rasa khawatir dan kurang pengertian meningkat. Saudara lelaki Matacom meninggal dunia karena penyakit dari Eropa. Matacom menyalahkan pemukim baru pendatang. Dia juga melihat bagaimana dampak meningkatnya jumlah pendatang mengubah tanah mereka. Dia berpendapat bahwa pendatang baru merusak lahan tanah mereka.

Krisis kecil yang terjadi sesudah krisis lain menyebabkan meninggalnya orang Indian Kristen yang hidup bersama pemukim baru. Pendatang baru membalas kematian itu dengan membunuh 3 Indian. Perang segera pecah, dalam tahun 1675 dan terus berlangsung sampai dua tahun. Perang berlangsung sangat kejam. Pria, wanita, anak-anak di kedua pihak terbunuh. Para periset berpendapat bahwa lebih dari 600 pemukim dibunuh. Mereka juga mengatakan, sebanyak 3 ribu pribumi Indian tewas dalam kerusuhan itu.

Para ahli sejarah mengatakan, suku Indian yang disebut suku Narraganset menjadi korban yang nyata akibat Perang Raja Philip. Suku Narraganset tidak terlibat dalam perang. Mereka tidak memihak satu kelompok atau pun kelompok lain. Namun, pemukim baru membunuh hampir seluruh suku Indian Narraganset karena mereka takut terhadap semua orang Indian.

Rasa takut itu, kurang pengertian dan kurangnya kompromsi merupakan hal yang biasa. Perasaan-perasaan itu sangat kuat memperngaruhi hubungan antara pemukim baru dari Eropa dan penduduk pribumi Indian di seluruh daerah Benua Baru Amerika.

XS
SM
MD
LG