Kiprah Jazz Pada Usia Belia
Berkacamata, masih muda dan ramah, begitulah kesan pertama ketika VOA-TV menemui Nial Djuliarso (22 tahun), pemusik jazz yang kini memiliki nama internasional. Bakat musiknya diperoleh dari sang ayah yang pemain saxophone, dan Nial mulai belajar piano pada usia 4 tahun.
Disebut internasional karena Nial selama tiga tahun berturut-turut masuk dalam daftar sepuluh besar pemusik jazz Amerika. Mendapat bea siswa belajar di Berklee College of Music di Boston, Massachusetts, tidaklah mudah bagi Nial yang lahir tahun 1981 di Jakarta ini. Tawaran beasiswa untuk mempelajari musik jazz itu ia alami dengan perjalanan audisi dan persaingan ketat dengan sejumlah mahasiswa lain dari berbagai negara. Di sekolah itu, Nial mengambil jurusan Contemporary Writing & Production (CW&P). Ia juga aktif berteman dengan musisi lokal dan sering manggung di Boston, sekitar tiga sampai empat kali seminggu. Sampai saat ini, Nial telah mengeluarkan enam album dan karena seringnya tampil, ia dijuluki “Mini Oscar Peterson”, sebuah julukan yang membanggakan hatinya karena Oscar adalah nama pemusik jazz terkenal di dunia.
Nial mengawali karirnya pada usia 15 tahun, ketika menonton grup Pat Metheny yang tampil di Jakarta. Sejak saat itulah ia mulai serius berlatih jazz., dan tiga bulan kemudian ia mendaftarkan ke sekolah swasta di Tennessee yang memberikannya kesempatan untuk bermain bersama pemusik lokal. Musim panas tahun lalu, Nial tampil di Grand Hotel Mackinaw Island, Michigan. Kini ia memasuki tahun keempat belajar di Berklee College, dan telah dua kali menjadi finalis untuk mendapat beasiswa The Fish Middleton Jazz Scholarship (FMJS). “Saya menyukai suasana festival dan kompetisi ini, dan mudah-mudahan kali ini saya berhasil mendapat juara”, katanya sesaat sebelum tampil, kepada Puspita, Nia dan Susy dari VOA yang meliput kompetisi itu.
Fish Middleton adalah nama seorang pembawa acara musik jazz di radio WPFW di Washington, DC yang meninggal pada tahun 1992. Sampai saat ini, tercatat 47 pemusik yang telah mendapat beasiswa dari FMJS. Sebanyak sepuluh finalis tampil sore itu di hotel Doubletree, Rockville, Maryland. Pemusik lain di samping Nial yang bermain piano, terdapat pemain saxophone dan vokalis. Sayangnya kompetisi ini tidak mengkategorikan pada alat musik tertentu, semuanya dinilai dalam kesatuan musik jazz, apapun alat musiknya. Nial yang tampil pada urutan ke sembilan, mengalunkan piano dalam lagu “All The Things You Are” dan “Giant Steps”. “Saya bersyukur mendapat kesempatan ini karena di samping menawarkan hadiah yang cukup besar jika saya menang, saya juga bisa berbagi pengalaman dan menjalin persahabatan dengan musisi lain serta mendengarkan musik yang bagus”, katanya seusai lomba. Banyak penonton bertepuk tangan pada penampilannya itu, namun kali ini Nial belum beruntung memperoleh juara dalam kompetisi FMJS. Dua pemain saxophone masing-masing Jeremy Udden dari Massachusetts dan Tom Gardner dari Washington, DC, meraih juara pertama dan kedua, sedangkan pemain piano wanita yang menjadi saingannya, Laila Biali dari Vancouver, Kanada mendapat juara ketiga. Meskipun demikian, Nial masih akan melanjutkan studinya yang berakhir pada bulan Mei 2004 dan terus mengadakan ‘gig’ atau ‘manggung’ di seputar Boston bersama rekannya sesama musisi jazz. Setamat dari kuliahnya di Boston, Nial merencanakan pindah ke New York, kota gemerlap yang menawarkan sejuta harapan bagi para musisi dunia. Selamat berkarya, Nial !!
Oleh: Puspita Sariwati