Tautan-tautan Akses

Minul - 2002-10-21


Minul Datang, Minul Kerja:

Minul Datang, Minul Kerja:

Sebuah Catatan Pinggir tentang Budaya dan Profesionalisme Dua Dunia

Sebuah catatan pinggir dalam gaya unik dan kocak tentang pengalaman Minul (Red: bukan nama sebenarnya) bekerja di VOA, berisikan perspektifnya sebagai orang Indonesia yang bekerja di lingkungan Indonesia namun nun jauh di negeri orang.

Minul melangkah ringan dihari pertamanya kerja di Voice of America. Waktu itu musim panas baru memasuki bulan kedua. Tidak heran kalau beberapa pegawai ‘bule’, yang sedang antri dengan tertib menunggu giliran melewati pemeriksaan metal detector, hanya mengenakan celana pendek atau memakai baju you can see my ketiak.

Selain panas, ini Amrik ‘Nul, mau pakai baju apa juga, E-G-P (Red: emangnya gue pikirin), demikian batin Minul berkata. Melihat para karyawan antri dengan disiplin, reflek Minul pun ikut antri dengan tertib. Heran, kalau di Jakarta, dia suka terpancing untuk ‘nyelak’. Manusia memang mahluk paling berakal budi, tidak heran kalau kemampuan beradaptasi dengan budaya setempatnya pun juga cepat.

Setelah melewati pemeriksaan, Minul memasuki lorong menuju kantor seksi Indonesia di lantai 2. Beberapa karyawan yang ditemuinya, menyapa dengan ramah: "Hi, how are you?". Untung sahabat Minul, si Cenil, yang sudah 5 tahun kerja di Washington D.C., telah menatarnya mengenai budaya tegur sapa ala orang Amerika ini. Agak kaku juga Minul pada awalnya. Habis, bertahun-tahun kerja di gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, paling banter dia cuma kasih senyum dengan orang yang ditemuinya di lift, itu juga dengan catatan, nggak janji deh.

Hal lain yang diajarkan sahabatnya, biar Minul tidak kena gegar budaya, adalah mengenai sifat orang Amerika yang terbuka. Kalau punya pendapat, tidak usah ragu untuk disampaikan, meskipun bisa menimbulkan argumentasi sekalipun, bahkan terhadap atasan. Dan hebatnya, seheboh apapun debat yang terjadi, setelah itu suasana langsung cair, seperti tidak terjadi apa-apa. Kuliah Cenil sebenarnya masih panjang, sampai ke masalah budaya organisasi segala. Minul jadi ingat kutipan dari buku "Organizational Behavior"-nya Stephen P. Robbins, bahwa budaya organisasi adalah persepsi umum yang dipegang oleh para anggota organisasi, sebuah sistem makna yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya.

Setelah beberapa bulan, Minul punya kesimpulan sendiri mengenai budaya perusahaan tempatnya bekerja di ibukota Amerika ini.

Sebagai sebuah media penyiaran, tempat kerjanya sangat berorientasi pada kelompok. Contohnya, siaran selama 2 ˝ jam setiap hari, merupakan hasil kerja lebih dari 30 karyawan. Sehubungan dengan pepatah ‘dunia terus berputar’, inovasi pun mulai menjadi bagian dari budaya kerja. Meskipun di lain pihak, stabilitas tetap dipertahankan.

Soal aturan, Minul punya pengalaman ‘ditendang’ tanpa ampun oleh seorang engineer orang Amrik, karena telah memakai studio lebih dari 15 menit, yaitu batas waktu maksimal yang ditetapkan. Namun dengan para editornya, toleransi lebih besar, alias bisa mepet sama tenggat waktu.

Satu hal lain, meskipun sapaan how are you tidak selalu jadi rutin, tapi tidak ada suasana sehangat di kantor seksi Indonesia, khususnya suasana makan siang bersama di luar. Apakah di Chinatown atau makan sushi buffet di Virginia, saling nyomot makanan teman di sebelah, bikin kenangan Minul melayang ke makan siang di restoran Padang Sederhana, atau di warung pecel lele Country Wood, Bintaro.

Jadi memang agak ruwet kalau ditanya, budaya perusahaan apa yang berlaku di tempat Minul bekerja. Belum lagi kalau mau dirunut ada berbagai suku bangsa yang bekerja di Seksi Indonesia. Wah….ketimbang pusing, mending Minul meminjam ucapan Agnes Monica, bintang sinetron muda Indonesia yang tengah naik daun, ‘biarlah anjing menggonggong, orang keren tetap berlalu’.

XS
SM
MD
LG