Cosmology atau kosmologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul, susunan dan evolusi alam raya. Kosmologi tumbuh sebagai cabang ilmu dari hasil observasi atau pengamatan para pakar, dan terus berkembang dengan kemajuan dunia sains, ilmu pasti dan penjelajahan antariksa.
Manusia sudah mulai mempelajari asal-usul alam raya sejak 4,200 tahun yang lalu, atau kira-kira 2,200 tahun sebelum dimulainya tahun Masehi. Sejumlah pakar astronomi pada masa itu mencatat hasil observasi mereka di berbagai tempat yang berbeda, seperti di Cina, India, Mesir, Italia dan Yunani. Dan sekitar tahun 350 sebelum Masehi, ahli astronomi dan filsafat Yunani terkenal, Aristoteles menulis buku yang mengatakan bahwa bumi adalah pusat alam raya yang berbentuk bola raksasa.
Kata Aristoteles, dalam bola raksasa ini terdapat 55 bola lainnya, yang satu lebih kecil dari lainnya, dan bumi serta bintang-bintang disekitarnya terletak dalam bola yang paling kecil di tengah-tengah bola raksasa tadi.
Teori Aristoteles ini menguasai cara pikiran para pakar kosmologi selama hampir 2,000 tahun, sampai akhirnya dibuktikan bahwa teorinya itu tidak betul. Tahun 1915 Professor Albert Einstein mengajukan teori yang mengatakan bahwa alam raya telah ada sejak zaman dulu, tidak pernah berubah dan akan terus ada selamanya.
Teori ini kemudian dikenal dengan nama 'steady-state theory'; karena kata 'steady' dalam bahasa Inggris berarti 'tidak berubah'. Teori ini kemudian diperkuat oleh pakar-pakar kosmologi Thomas Gold dan Herman Bondi dalam tahun 1948.
Sementara itu, kata seorang pendeta Katolik Belgia, Georges-Henri Lemaitre dalam tahun 1920-an, alam raya terus berkembang atau ber-ekspansi, dan karenanya dia menyimpulkan, kalau jam bisa diputar mundur, seluruh isi alam raya akan terbukti berasal dari satu titik saja. Ini adalah permulaan dari apa yang kemudian dikenal sebagai 'big bang theory', yang sampai sekarang merupakan teori paling kuat tentang asal-usul alam raya.
Tahun 1929, pakar astronomi Amerika Edwin Hubble, yang namanya sekarang dipakai sebagai nama teleskop raksasa yang mengorbit bumi, mengatakan, galaksi-galaksi atau gugus bintang terus bergerak saling menjauh; dan ini adalah bukti bahwa alam raya terus berkembang dan ber-ekspansi.
Penemuan Hubble itu mempunyai dampak sangat besar dalam ilmu kosmologi, dan memperkuat teori 'big bang', yang mengatakan, semua planit, bintang dan galaksi tercipta setelah adanya ledakan yang disebut big bang tadi, kira-kira 15 sampai 20 milyard tahun yang lalu.
Kata para pendukung teori ini, pada mulanya adalah sebuah bola api yang sangat padat dan panas yang kemudian meledak dan bagian-bagiannya tersebar ke segala penjuru, dan kemudian berevolusi menjadi galaksi-galaksi yang didalamnya terdapat ber-milyard sistem matahari.
Cara paling mudah untuk membayangkan hal ini adalah dengan melihat kembang api yang besar. Sebuah kontainer atau kotak kembang api yang berisi bahan peledak dan bahan-bahan kimia diluncurkan sampai ketinggian sekitar 300 meter. Kotak itu kemudian meledak, dan melontarkan sejumlah kotak yang lebih kecil.
Kotak-kotak yang lebih kecil itu kemudian meledak dan melepaskan sejumlah kotak yang lebih kecil lagi. Kalau ledakan kembang api itu direkam dengan kamera video dan diputar mundur, akan tampak bahwa kembang api yang besar dan berwarna warni itu akan bermula dari sebuah titik api saja.
Tapi mungkin anda akan bertanya: kalau teori 'big bang' itu betul, dari mana datangnya titik api atau bola api tadi? Pakar ilmu fisika dan matematik yang paling besar masa ini, Professor Stephen Hawking menjawab dengan berseloroh: "Kalau anda tanya soal itu, itu sama dengan ingin mengetahui apa yang terdapat dalam pikiran Tuhan."
Tapi secara lebih serius, Hawking mengatakan: kalau kita bertanya, apa yang terjadi sebelum 'big bang', itu sama halnya dengan menanyakan: dimana letak satu tempat yang berada satu km di sebelah utara Kutub Utara?
Satu pertanyaan yang sulit untuk dijawab, karena tidak ada tempat di bumi yang terletak lebih utara dari kutub utara.