Blok oposisi Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin) di Mesir telah memilih tampuk pimpinan baru dalam pemungutan suara yang menurut para analis menunjukkan perpecahan mendalam pada organisasi itu.
16 anggota yang terpilih duduk di dalam dewan pimpinannya sebagian besar adalah kalangan konservatif. Yang paling mencolok, wakil ketua kelompok itu (Mohammed Seyed Habib) dan seorang tokoh reformasi (Abdel-Moneim Abul-Futuh) tidak terpilih.
Para analis mengatakan pemilihan baru itu mempersengit keretakan antara faksi konservatif dan moderat dalam kelompok itu. Dugaan akan keretakan itu mungkin akan berdampak pada kesuksesan kelompok itu dalam pemilihan parlemen tahun depan.
Persaudaraan Muslim secara resmi dilarang dari politik Mesir. Namun para anggotanya yang mencalonkan diri sebagai independen telah memenangkan seperlima kursi di parlemen, menjadikan mereka sebagai blok oposisi terbesar di majelis itu.
Organisasi tersebut memperjuangkan pembentukan pemerintahan Islam di Mesir. Mereka berjanji menjauhi kekerasan pada tahun 1970-an dan sejak itu berpartisipasi pada setiap pemilu.