Seorang anggota DPR Korea Selatan menuduh Korea Utara menahan 154 ribu tahanan politik di kamp-kamp kerja paksa gaya Stalin. Yoon Sang-hyun, dari Partai Nasional Agung, mengatakan, Sabtu ini, Korea Utara menahan sekitar 200 ribu orang di 10 kamp pada awal tahun 1990-an, namun menutup empat diantaranya akhir tahun 1990 sebagai respon terhadap kecaman internasional.
Dalam pernyataan, Yoon mengutip sebuah laporan pemerintah yang diajukan ke Majelis Nasional. Pernyataan itu lebih lanjut mengungkapkan bahwa para tahanan itu menjalani kerja paksa lebih dari 10 jam setiap harinya, menerima jatah makan yang tidak memadai dan tidak mendapat akses ke perawatan kesehatan.
Yoon mengatakan, para tahanan itu termasuk mereka yang menghina pemimpin Kim Jong Il hingga mereka yang berusaha lari meninggalakn negara itu. Belum ada tanggapan langsung dari Pyongyang mengenai tuduhan ini.
Dalam berita terpisah, seorang pejabat tinggi Korea Utara telah diberi visa untuk datang ke Amerika Serikat bulan ini, pada waktu kedua negara sedang berusaha melanjutkan pembicaraan perlucutan senjata yang macet.
Departemen Luar negeri Amerika menyetujui visa bagi Ri Gun, Direktur Jenderal Biro Masalah Amerika dalam Kementerian Luar Negeri Korea Utara. Korea Utara ingin memulai pembicaraan bilateral dengan Amerika Serikat dan telah menyampaikan undangan kepada utusan khusus Amerika Stephen Bosworth untuk berkunjung ke Pyongyang.
Pemerintahan Obama telah menegaskan mereka menghendaki pembicaraan dihadiri oleh Korea Selatan, Tiongkok, Rusia dan Jepang. Sebegitu jauh, belum ada pembicaraan resmi yang dijadwalkan bagi diplomat Korea Utara itu dalam kunjungannya.