Para petugas pemilu di Afghanistan sedang menghitung kertas suara jutaan orang warga Afghanistan yang tidak memperdulikan ancaman kekerasan untuk mencoblos dalam pemilihan presiden dan dewan provinsi hari Kamis.
Para pejabat Afghanistan mengatakan mereka berhasil membuka 95 persen TPS di seluruh negara itu, tetapi para pengamat mengatakan jumlah pemilih yang hadir untuk memberi suara tampaknya lebih rendah daripada ketika pemilu demokrasi pertama negara itu tahun 2004.
Mereka mengatakan sebagian pemilih tampaknya memang takut untuk datang ke TPS, terutama di daerah-daerah selatan yang menjadi basis Taliban. Kekerasan di Kabul, Kandahar, dan kota besar lain menewaskan paling sedikit 26 orang: 9 sipil, 9 polisi, dan 8 tentara Afghanistan.
Pihak berwenang pemilu mengatakan mereka juga sedang menyelidiki laporan kecurangan dan peralatan pemilu yang rusak.
Kehadiran pemilih yang rendah dapat merusak kredibilitas pemilu dan merongrong dukungan pada pemenang. Namun, pihak berwenang Afghanistan menyebut pemilu itu berhasil.
Hasil awal diperkirakan akan keluar dalam waktu beberapa hari mendatang.
