Tautan-tautan Akses

Hadiah Hak Asasi Reebok


Yayasan Hak Asasi Reebok yang dibentuk perusahaan alat olahraga Reebok memberikan penghormatan kepada empat orang aktivis usia bawah 30 tahun, atas kegiatan mereka dalam berbagai bidang. Dalam sebuah upacara di New York belum lama ini, penghargaan itu diserahkan kepada aktivis dari Cina, Kashmir, Zimbabwe dan Amerika.

Sebagai mahasiswa hukum di Zimbabwe, Otto Saki, salah seorang pemenang Hadiah Reebok, mengorganisasi boikot setelah polisi anti huru-hara menembak tewas seorang mahasiswa demonstran. Sekarang berumur 24 tahun, Saki adalah pegiat hak asasi, bekerja dengan keluarga-keluarga yang kehilangan rumah mereka dalam mkampanye penggusuran yang dilancarkan pemerintah. Ia mengatakan: “Selagi memberikan bantuan hukum kepada mereka, kami sadari bahwa itu saja tidak cukup. Kami berurusan dengan orang-orang yang tidak mendapat makan cukup selama dua atau tiga pekan terakhir. Ada juga yang anaknya tidak dapat masuk sekolah dan kerjanya hanya bermain-main seharian. Jadi akhirnya kami terlibat dalam upaya bantuan kemanusiaan.”

Saki mengatakan, kegiatannya mengandung resiko setiap hari. Itulah yang juga dialami pemenang lain, Khurram Parvez yang tahun 2004 kehilangan sebelah kakinya akibat ledakan ranjau darat di Kashmir. Ketika Parvez berumur 13 tahun, kakeknya tewas di tangan polisi selagi berdemo. Sebagai mahasiswa, ia membuka Saluran Telpon Darurat Mahasiswa untuk menganjurkan pendekatan-pendekatan damai dalam upaya mengakhiri persengketaan Kashmir. Sekarang ia bekerja dengan berbagai kelompok hak asasi yang memantau pelanggaran HAM dan memberikan bantuan hukum untuk para keluarga yang terkena imbas konflik Kashmir. Ia mengatakan: “Saya dapati bahwa kita dapat menanggapi ketidakadilan dengan cara-cara tanpa kekerasan. Kita tidak harus menggunakan kekerasan. Itulah kuncinya.”

Li Dan yang berumur 27 tahun menyebut film Philadelphia tentang seorang warga Amerika yang menghadapi stigma penyakit AIDS sebagai ilham baginya. Ia meninggalkan kuliah jurusan astrofisika di Beijing untuk bekerja dengan orang-orang yang menderita AIDS, mengedukasi publik dan melobi pemerintah. Ia membuka sebuah rumah piatu dan sekolah untuk anak-anak yang orang tuanya meninggal karena AIDS. Semula, sekolah itu ditutup oleh pemerintah setempat.

Rachel Lloyd meninggalkan keluarganya di Inggris yang berantakan untuk hidup di jalanan, dan akhirnya menjadi pelacur remaja di Inggris dan Jerman. Ia beruntung karena pada umur 19 tahun ditolong sebuah gereja di sebuah pangkalan militer di Jerman, dan kemudian datang ke Amerika. Sekarang, ia giat membantu para remaja yang mengalami eksploitasi seksual. Tahun 1998, Lloyd mendirikan Girls Education and Mentoring Services disingkat GEMS, untuk membantu kepada para gadis bawah umur yang terlibat dalam industri seks di New York.

Penghargaan Reebok disertai hadiah sebesar 50 ribu dolar untuk setiap pemenangnya. Sejak program ini dimulai tahun 1988, 84 orang dari 38 negara telahmenerima penghargaan ini.

XS
SM
MD
LG