Pimpinan inti jaringan al-Qaida telah berhasil dilemahkan, tapi jaringan itu sendiri dan antek-antek mereka masih merupakan ancaman teror paling besar bagi Amerika dan sekutu-sekutunya. Ini dikatakan oleh laporan tahunan yang dikeluarkan oleh Departemen LN Amerika. Kata laporan ini, tahun lalu terjadi 11-ribu serangan teror di seluruh dunia yang menewaskan lebih dari 14 ribu orang, dimana sebagian besar serangan teroris itu terjadi di Irak.
Menurut laporan tersebut, tokoh-tokoh al-Qaida masih terus menganjurkan aksi teror, dan sel-sel al-Qaida yang lebih kecil dan bergerak sendiri, telah menggunakan hubungan lewat satelit dan jaringan internet untuk menjalankan aksi-aksi mereka, yang sulit dilacak. Iran, Libya, Sudan, Syria, Kuba dan Korea utara masih terus disebut sebagai negara-negara yang mendukung teror.
Sementara itu, kata laporan tadi, serangan-serangan teroris di Indonesia dan Filipina menunjukkan bahwa ancaman teroris masih terus ada di Asia Timur dan Pasifik. Kata departemen LN Amerika, kelompok teroris seperti Jemaah Islamiyah telah menjadikan Asia tenggara suatu front besar dalam perang melawan teror. Kerjasama antara kelompok-kelompok teroris di kawasan itu adalah suatu hal yang mencemaskan.
Kata laporan itu lagi, pemerintah-pemerintah di kawasan itu telah menunjukkan kerjasama yang sangat baik satu sama lainnya dan juga dengan Amerika, untuk melawan teror. Tapi Birma dan Korea utara disebut sebagai dua negara yang tidak mau bekerja sama dalam melawan teror.