Tautan-tautan Akses

Lintas Agama Melawan Kelaparan


Beberapa orang siswa dari sebuah Sekolah Dasar Muslim berdiri dengan khidmat di depan Gereja Katedral Nasional di kota Washington DC, gereja Katedral terbesar nomor enam di dunia.

Di depan lebih dari 1.000 orang dari seluruh dunia yang datang untuk menyatakan proklamasi melawan kemiskinan dan kelaparan. Anak-anak itu membaca naskah yang mereka tulis sendiri: “Para pemimpin dunia sekarang ini harus membuat dunia tempat yang lebih baik. Kita perlu membasmi kelaparan karena jutaan orang, banyak di antaranya anak-anak seperti kami, telah meninggal dunia karena kelaparan. Apa yang akan kalian lakukan untuk membuat perubahan?”

Pertemuan “Basmi Kelaparan” diikuti lebih dari 40 pemimpin komunitas agama yang berkedudukan di Amerika, dan ratusan orang yang telah lama berjuang memberantas kelaparan dan kemiskinan di Amerika dan di seluruh dunia.

Beberapa peserta kunci menyebut pertemuan ini ‘bersejarah.’ Tidak pernah sebelumnya, sekelompok organisasi agama yang begitu luas bergabung untuk menyatakan komitmen untuk memberantas kelaparan. Mungkin karena itulah Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz secara tidak terduga menghadirinya.

Dalam pidato kuncinya, Uskup Agung Gereja Anglikan Afrika Njongonkulu Ndungone mengingatkan bahwa setiap hari, 850 juta orang di dunia kelaparan, enam juta anak-anak meninggal dunia setiap tahun karena penyakit yang terkait dengan kelaparan, dan bahkan di Amerika, negara terkaya di dunia, sekitar 36 juta orang kurang makan, 13 juta di antaranya anak-anak.

Adalah ironis bahwa di dunia sebenarnya tidak terjadi kekurangan pangan. Yang kekurangan adalah mekanisme –lapangan kerja, transportasi, distribusi, akses—yang memungkinkan semua orang mendapat pangan. Yang juga tidak ada ialah kemauan politik untuk membuatnya terjadi.

Uskup Agung Njongonkulu Ndungone memuji orang-orang yang berusaha memberi makan mereka yang lapar. Namun ia menegaskan bahwa diperlukan tindakan pemerintah untuk mencapai tujuan internasional, mengurangi kelaparan 50 persen tahun 2015. Ia sendiri telah menyaksikan orang-orang yang kelaparan di Afrika Selatan. Mereka mengatakan kepadanya: “Uskup Agung, tolong sampaikan suara kami kepada pihak-pihak yang berkuasa.” Itulah yang kemudian dilakukan para peserta pertemuan ‘Basmi Kelaparan.’

Beberapa ratus orang datang ke Kongres Amerika untuk mengemukakan bahwa sekaranglah saatnya untuk menggalang tekad guna mengurangi kelaparan di Amerika dan di seluruh dunia. Sebuah kelompok yang mencakup seorang Uskup, seorang Imam, dan Ketua Dewan Nasional Gereja Amerika bertemu ke Gedung Putih untuk menghimbau kebijakan yang lebih murah hati dalam bidang program nutrisi nasional dan pengampunan hutang, terutama di Afrika.

Lima orang bergabung dengan sebuah kelompok yang menemui Perdana Menteri Inggris Tony Blair, untuk berbicara mengenai bantuan dan pengampunan hutang untuk Afrika. Sorenya, PM Blair dan Presiden Bush bertemu di Gedung Putih, membahas bantuan untuk Afrika.

Ketika mereka bertemu lagi petang harinya, pasa peserta pertemuan menyanyi bersama, dan bergantian membacakan ayat-ayat dari kitab suci masing-masing.

Uskup Agung Ndungane menyebut ayat dalam Injil yang menyatakan bahwa di surga, orang tidak pernah merasa lapar atau haus. Setelah itu, dibacakan ayat-ayat mengenai kelaparan dari kitab suci Buddha, Islam, Sikh, suku Indian, Yahudi dan Kristen.

Ada kesamaan pesan dari semua agama: kelaparan tidak boleh diabaikan. (voa/howell/djoko)

XS
SM
MD
LG