Tautan-tautan Akses

Heboh Soal Filibuster dalam Senat Amerika


Tahun 1964, dalam Senat Amerika digunakan siasat untuk mencegah diloloskannya Undang Undang Hak Sipil. Rancangan Undang Undang itu bertujuan mengakhiri diskriminasi di tempat-tempat umum, berdasar warna kulit dan jenis kelamin.

Banyak warga Amerika frustrasi karena Rancangan Undang Undang itu nyangkut di Senat. Sebagian besar orang Amerika ingin agar RUU itu disetujui. Pada waktu itulah muncul istilah baru ‘filibuster’ untuk menyebut siasat yang digunakan dalam Senat untuk merintangi langkah kelompok mayoritas.

Filibuster berasal dari kata Belanda-Prancis-Spanyol, yang secara harfiah, artinya adalah pembajak atau perampok. Selama 150 tahun ini, filibuster digunakan dari waktu ke waktu oleh golongan minoritas dalam Senat Amerika untuk menunda atau merintangi lolosnya Rancangan Undang Undang.

Begini cara kerja filibuster. Seorang atau lebih dari keseratus Senator, dapat menguasai mimbar untuk waktu yang tidak terbatas. Kira-kira 50 tahun yang lalu, seorang Senator berpidato selama 24 jam tanpa berhenti. Semua urusan terhenti sampai tercapai persetujuan, atau dilakukan pemungutan suara oleh 60 orang senator untuk menutup perdebatan. Sulit sekali untuk menggalang kesatuan pendapat 60 orang senator. Filibuster sering digunakan dengan sukses pada tahun 1940an dan 1950an, untuk merintangi usaha mengakhiri segregasi ras.

Bulan Juni tahun 1964, kemauan politik akhirnya berhasil mematahkan filibuster dengan perbandingan suara 71 lawan 29, untuk meloloskan Undang Undang Hak Sipil. Ini baru dapat dicapai setelah filibuster berlangsung selama 75 hari, yang terpanjang dalam 50 tahun.

Filibuster, dan perdebatan mengenai filibuster, mendominasi politik Amerika lagi dalam beberapa pekan terakhir ini. Kali ini, tradisi filibuster itu sendiri dikecam.

Inilah yang terjadi. Selama lima tahun masa jabatan Presiden Bush, lawan-lawan politiknya dari Partai Demokrat telah menggunakan ancaman filibuster untuk merintangi nominasi sepuluh orang hakim yang mereka anggap tidak layak duduk dalam mahkamah federal. 200 orang hakim lain telah disetujui nominasinya.

Ini bukan barang baru. Dulu, Partai Republik menggunakan taktik yang sama untuk merintangi nominasi puluhan orang hakim yang diajukan Presiden Bill Clinton.

Sekarang Presiden Bush, dari Partai Republik, yang menduduki 55 dari keseratus kursi Senat, telah mengajukan lagi nominasi delapan dari kesepuluh hakim tadi. Pihak pimpinan Partai Republik telah mengancam akan menggunakan pemungutan suara dengan mayoritas sederhana untuk mengubah peraturan Senat, untuk mengakhiri penggunaan filibuster dalam nominasi hakim.

Mereka dapat melakukannya. Tetapi para Senator Demokrat, sebagian Senator Republik, dan banyak pengamat Senat khawatir bahwa ini akan mengubah sifat Senat sama sekali. Berbeda dengan DPR, yang anggotanya 435 orang, di mana hanya diperlukan mayoritas sederhana. Dalam Senat, pandangan golongan minoritas harus dipertimbangkan. Karena itu, Senat Amerika menyebut diri sebagai badan permusyawaratan paling hebat di dunia.

Tiga pekan yang lalu, tujuh orang Senator Republik dan tujuh Senator Demokrat menyusun kompromi. Pihak Demokrat akan membiarkan tiga dari kesepuluh hakim yang ditolak itu mendapat persetujuan, tetapi mempertahankan hak untuk menggunakan filibuster terhadap hakim-hakim lain yang pandangannya mereka anggap ekstrim. Pihak Republik tidak akan menggunakan opsi untuk menghentikan filibuster.

Ini adalah langkah rapuh yang akan mendapat ujian pada waktu Presiden Bush mengajukan nominasi untuk anggota mahkamah tertinggi di Amerika, yaitu Mahkamah Agung.

Kalau Presiden Bush menominasikan seorang calon yang pandangannya dianggap menyimpang terlalu jauh dari kalangan ‘mainstream’ oleh pihak Demokrat, akan terjadi lagi pergulatan mengenai apakah membiarkan atau mengakhiri filibuster, yang akan memiliki dampak jangka panjang terhadap politik dalam Senat Amerika. (voa/howell/djoko)

XS
SM
MD
LG