Tautan-tautan Akses

Kebangkitan Teori Kreasi di Amerika


Delapan puluh tahun yang lalu, sebuah kota kecil di Negara bagian Tennessee menjadi perhatian nasional karena kasus pengadilan yang dikenal dengan sebutan ‘Scopes Monkey Trial’, atau ‘Pengadilan Monyet Scopes.’ John Scopes adalah seorang guru muda di sebuah SMA. Sebagai guru biologi, ia mengajarkan teori evolusi Darwin bahwa semua mahluk di dunia, termasuk manusia, mengalami evolusi selama jutaan tahun.

Scopes dituduh melanggar undang-undang Tennessee yang melarang diajarkannya teori, selain Teori Kreasi, seperti yang tercantum dalam Injil. Undang-undang ini secara spesifik melarang diajarkannya teori bahwa manusia berasal dari mahluk yang lebih rendah. Jaksa penuntut dalam kasus ini adalah tokoh terkenal, yang pernah tiga kali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden.

Dalam sidang ia mengemukakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam enam hari, seperti dikatakan dalam Injil. Dengan berapi-api ia menegaskan, bumi baru berumur 6000 tahun, dan manusia bukan berasal dari monyet. Pembela John Scopes, yang juga terkenal di seluruh Amerika, memperolok pernyataan Jaksa bahwa Injil adalah buku ilmiah. Awalnya, John Scopes dinyatakan bersalah, tetapi kemudian dibebaskan dari tuduhan. Teori Kreasi, yaitu teori bahwa Tuhan menciptakan bumi dalam keadaan seperti yang kita lihat sekarang, kemudian memudar, tetapi tidak hilang sama sekali. Sekarang teori itu telah bangkit kembali.

Politisi dan kaum agamis konservatif di Amerika berpendapat bahwa teori evolusi bercacat. Sebagian dari mereka ingin agar Teori Kreasi dan Teori Evolusi diajarkan bersamaan. Ada juga yang ingin agar hanya Teori Kreasi saja yang diajarkan kepada murid di sekolah. Hasil jajak pendapat cukup mengejutkan. Sebuah angket Gallup mendapati dua pertiga rakyat Amerika ingin agar kedua teori diajarkan bersamaan, dan 60 persen orang Kristen konservatif ingin agar hanya Teori Kreasi saja yang diajarkan. Kaum Kristen konservatif sekarang ini memiliki kekuatan politik yang sangat besar. Tidak ada ilmuwan bonafide yang mengingkari evolusi. Mereka mengemukakan bukti-bukti yang mendukung Teori Evolusi.

Banyak di antara mereka adalah orang beragama. Vatikan dan gereja-gereja

Protestan mendukung Teori Evolusi. Mereka menganggap Injil sebagai buku agama, bukan ilmiah. Mereka percaya, Teori Evolusi nantinya akan diterima, tetapi tidak ada yang tahu pasti, kapan itu akan terjadi. Mereka mengingatkan bahwa diperlukan waktu 200 tahun sebelum Gereja Katolik mengakui bahwa bumi berputar mengitari matahari. Kecil kemungkinan Mahkamah Agung akan mengizinkan Teori Kreasi diajarkan di sekolah.

Tahun 1968, dan kemudian tahun 1987, Mahkamah Agung menetapkan bahwa mengajarkan agama yang sifatnya tidak ilmiah di sekolah, adalah melanggar Konstitusi. Meskipun demikian, sebuah usaha baru yang disebut ‘Intelligent Design’ memperoleh momentum di Amerika. Prakarsa ini mendapat dukungan dana besar, dan melibatkan para aktivis yang tahu cara membuat pendapat mereka diketahui orang. ‘Intelligent Design’ tidak menyebut Injil atau Tuhan, dan mengatakan bahwa proses evolusi begitu rumit sehingga tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Untuk terjadinya evolusi, harus ada kekuatan kosmis, yaitu Tuhan. Para pendukung ‘Intelligent Design’ berharap, Mahkamah Agung akan mengizinkan pendekatan baru ini akan diajarkan di sekolah.

Sembilanbelas negara bagian sedang membahas usul itu. Seperti aborsi, hak kaum gay dan isu-isu lain, perdebatan mengenai Teori Kreasi dan Teori Evolusi menjadi unsur dalam pergulatan yang yang semakin sengit antara golongan agamis kanan dan kiri di Amerika. (VOA/HOWELL/DJOKO)

XS
SM
MD
LG