Tautan-tautan Akses

Arab American National Museum: Menelusuri Jejak Imigran Arab di AS


Warga Arab-Amerika berkumpul untuk melihat hasil penghitungan pemilu yang disponsori oleh Dewan Komunitas Muslim Michigan, di salah satu ruangan di Museum Nasional Arab Amerika, di Dearborn, Michigan. (foto dok.: K. Farabaugh/VOA)
Warga Arab-Amerika berkumpul untuk melihat hasil penghitungan pemilu yang disponsori oleh Dewan Komunitas Muslim Michigan, di salah satu ruangan di Museum Nasional Arab Amerika, di Dearborn, Michigan. (foto dok.: K. Farabaugh/VOA)

Populasi warga Amerika keturunan Arab masih terus bertambah hingga sekarang. Salah satu kota dengan konsentrasi warga keturunan Arab tertinggi di Amerika adalah Dearborn di negara bagian Michigan.

Di kota Dearborn, Michigan berdiri sebuah museum yang khusus mengisahkan perjalanan para imigran negara-negara Arab ke Amerika, namanya Arab American National Museum. Apa saja yang dipamerkan di dalam museum tersebut?

Kota Dearborn adalah kota dengan proporsi warga keturunan Arab terbesar dengan konsentrasi penduduk Muslim tertinggi di Amerika Serikat. Di sini Museum Nasional Arab Amerika, alias Arab American National Museum, didirikan tahun 2005.

Matthew Jaber Stiffler adalah Direktur Center for Arab Narratives di museum tersebut. "Tidak ada lagi kota di negara ini di mana Anda melihat populasi Arab-Amerika yang sangat hidup, besar dan terus berkembang, di mana Anda bisa berjalan-jalan di luar museum ini dan langsung merasa menjadi bagian dari masyarakat," ujarnya.

Museum Nasional Arab Amerika adalah museum pertama dan satu-satunya di Amerika yang fokus mendokumentasikan sejarah juga kontribusi warga Amerika keturunan Arab dalam kehidupan ekonomi, politik hingga budaya.

Matthew Jaber Stiffler, Direktur Center for Arab Naratives di Arab American National Museum, saat diwawancarai VOA.
Matthew Jaber Stiffler, Direktur Center for Arab Naratives di Arab American National Museum, saat diwawancarai VOA.

"Tujuan utama museum ini adalah menceritakan kisah warga Amerika keturunan Arab. Dari emigrasi pertama orang-orang berbahasa Arab menuju AS pada akhir 1800-an, hingga mereka yang baru tiba beberapa pekan terakhir. Kami mencoba mencakup seluruh pengalaman warga Arab-Amerika," tambah Matthew Stiffler.

Matthew, yang keluarganya beremigrasi dari Lebanon ke Amerika pada awal tahun 1900-an, menjabarkan isi museum dua lantai itu.

"Jadi semua benda yang dipamerkan ini disumbangkan oleh masyarakat. Ini semua menceritakan kisah imigrasi mereka. Di sebelah sini ada koper-koper. Ini yang orang-orang bawa ketika mereka pindah ke AS. Ada mainan anak-anak, ada sepatu manik-manik yang cantik dari Suriah tahun 1920-an[…] Ini benda-benda asli yang dibawa orang-orang ke AS selama imigrasi bertahun-tahun," lanjutnya.

Warga Arab Amerika juga aktif dalam dunia politik AS.
Warga Arab Amerika juga aktif dalam dunia politik AS.

Mulanya, imigran Arab berdatangan ke Amerika pada awal abad ke-20 untuk mencari penghidupan yang layak. Angkanya fluktuatif sebelum melonjak ketika Undang-Undang Hart-Celler, yang membuka seluas-luasnya pintu imigrasi, diperkenalkan tahun 1965. Angka itu meroket pascainvasi Amerika ke Irak tahun 2003.

Secara nasional, menurut Arab American Institute, kini terdapat 3,7 juta warga keturunan Arab di Amerika. Umumnya mereka yang bermukim di Dearborn berasal dari Lebanon, menyusul warga keturunan Yaman, Irak dan Palestina.

Kiprah warga Amerika keturunan Arab dipamerkan di museum, termasuk dalam industri hiburan.
Kiprah warga Amerika keturunan Arab dipamerkan di museum, termasuk dalam industri hiburan.

Matthew menunjuk salah satu patung seorang pria di salah satu sudut museum.

"Ini Ahmed Ibrahim. Ia lahir di Palestina. Setelah negara Israel berdiri tahun 1948, ia diusir dari rumahnya, seperti banyak warga Palestina lainnya. Ia mengungsi ke Yordania dan Lebanon, menabung dan akhirnya bermigrasi ke AS karena ia punya sepupu yang tinggal di Kota New York. […] Empat anaknya menjadi dokter di AS. Ini adalah kisah para imigran yang datang ke AS tanpa membawa apa-apa, namun berkat kerja keras mereka bisa membangun kehidupan yang baik," jelasnya.

Arab American National Museum: Menelusuri Jejak Imigran Arab di Amerika
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:37 0:00

Serangan teroris 11 September 2001 tak dipungkiri sangat berdampak pada komunitas Muslim, khususnya Arab, di Amerika. Pemberitaan media yang semakin banyak membuat Islamofobia semakin melonjak. Namun menurut Matthew peristiwa itu tidak mewakili secara utuh kisah komunitas Arab di Amerika.

"Ini satu-satunya pembahasan tentang dampak peristiwa 11 September di museum ini, karena ketika kami membangun museum ini, kami tidak ingin reaksi negatif terhadap peristiwa itu jadi satu-satunya kisah yang orang dapat dari kunjungan mereka, karena komunitas Arab sudah ada di sini selama 130 tahun loh. […] Kami mengakui peristiwa 11 September berdampak besar pada komunitas kami, tapi itu bukan kisah komunitas kami seutuhnya, itu hanya sebagian cerita kami," ujarnya.

Lonjakan imigrasi dari negara-negara Arab terjadi setelah UU Hart-Celler (1965) diperkenalkan dan invasi AS ke Irak (2003) terjadi.
Lonjakan imigrasi dari negara-negara Arab terjadi setelah UU Hart-Celler (1965) diperkenalkan dan invasi AS ke Irak (2003) terjadi.

Keutuhan kisah itu yang juga ingin diajarkan Khanssa El Alami Canning, dosen bahasa Arab dan Prancis di kampus seni liberal Alma College, Michigan kepada mahasiswanya.

Khanssa mengajak mereka tur ke museum itu sambil melukiskan perjalanan hidup mereka sendiri di atas sepatu kanvas. Kota Alma sendiri mayoritas dihuni warga kulit putih.

"Mereka akan menghadapi situasi dan orang-orang yang berbeda dari diri mereka. Mengenal budaya Arab, meskipun hanya sehari dan dalam waktu singkat, akan membuat mereka memiliki kompetensi atau gagasan bahwa ketika nanti bertemu dengan seseorang dari latar budaya ini, mereka setidaknya jadi tahu cara berintekrasi dengan orang tersebut," tukasnya.

Owen Gornicki dan Lindsey Zarka, mahasiswa-mahasiswi Khanssa, mengatakan, "Peran mereka (komunitas Arab Amerika, red.) ternyata lebih menonjol dari yang saya duga. Mereka juga berhak mendapatkan ruang yang lebih besar dalam budaya dan pengetahuan kita."

Owen Gornicki (mengenakan kemeja bermotif) baru menyadari besarnya peran warga Arab Amerika dalam kehidupan di Amerika.
Owen Gornicki (mengenakan kemeja bermotif) baru menyadari besarnya peran warga Arab Amerika dalam kehidupan di Amerika.

Lindsey Zarka, mahasiswa Alma College menuturkan, "Saya keturunan Lebanon dan satu dari sedikit orang yang keturunan Lebanon di sekolah. Hanya ada satu gadis lain yang sama-sama Lebanon. Jadi rasanya amat penting untuk mempelajari sejarah warga Arab-Amerika, karena hal ini tidak diajarkan di sekolah, tidak banyak di bahas di sana."

Museum Nasional Arab Amerika berharap dapat menjadi ruang aman bagi para pengunjung, bebas dari rasisme, transfobia, homofobia. [rd/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG