Tautan-tautan Akses

Bahas Upaya Akhiri Perang, Jokowi akan Temui Putin dan Zelenskyy


Presiden Jokowi berencana akan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymir Zelenskyy dalam waktu dekat sebagai upaya untuk mendamaikan kedua negara. (Setpres RI)
Presiden Jokowi berencana akan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymir Zelenskyy dalam waktu dekat sebagai upaya untuk mendamaikan kedua negara. (Setpres RI)

Untuk membahas beragam upaya untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina, Presiden Joko Widodo berencana akan menemui kedua presiden negara itu.

Presiden Joko Widodo berencana untuk melawat ke Rusia dan Ukraina untuk membahas kemungkinan diakhirinya perang dan mendorong perdamaian antara kedua negara tersebut. Dalam lawatan tersebut, Jokowi akan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Hal itu diumumkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers secara virtual pada Rabu (22/6).

Dia menekankan Jokowi akan menjadi pemimpin Asia pertama yang melawat ke Kyiv dan Moskow setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.

Menlu RI Retno Marsudi berbicara dengan Menlu AS Antony Blinken (tidak tampak) dalam pertemuan di kantor Deplu AS di Washington, DC hari Jumat (13/5).
Menlu RI Retno Marsudi berbicara dengan Menlu AS Antony Blinken (tidak tampak) dalam pertemuan di kantor Deplu AS di Washington, DC hari Jumat (13/5).

"Kunjungan Presiden ini menunjukkan kepedulian terhadap isu kemanusiaan, mencoba memberikan kontribusi untuk menangani krisis pangan yang diakibatkan perang dan dampaknya dirasakan oleh semua negara, terutama negara berkembang dan negara dengan penghasilan rendah, dan terus mendorong semangat perdamaian," kata Retno.

Menlu tidak memberitahu jadwal kunjungan Jokowi ke Moskow dan Kyiv tersebut. Namun ia menambahkan kunjungan ke Rusia dan Ukraina itu dilakukan dalam konteks Indonesia sebagai Presiden G20 yang memilih untuk mencoba berkontribusi dan tidak memilih untuk diam.

Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tiba untuk sesi kerja di Istana Elysee, 9 Desember 2019, di Paris. (Foto: via AP)
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tiba untuk sesi kerja di Istana Elysee, 9 Desember 2019, di Paris. (Foto: via AP)

Retno menjelaskan perang Ukraina telah memberikan dampak buruk yang meluas ke seluruh dunia dan menyebabkan terjadinya krisis pangan, energi, dan keuangan. Ketiga krisis ini harus segera ditangani oleh dunia agar tidak terus memburuk.

Menurutnya, Rusia dan Ukraina memiliki posisi penting dalam rantai pasok pangan dan energi global. Retno menyebutkan kedua negara itu merupakan penghasil 30 persen dari total kebutuhan tepung gandum dunia, 20 persen jagung, dan 50 persen minyak bunga matahari.

Petani memanen gandum di ladang mereka dekat desa Tbilisskaya, Rusia, 21 Juli 2021. Tank dan rudal Rusia yang mengepung Ukraina juga mengancam pasokan makanan dan mata pencaharian orang-orang di Eropa, Afrika, dan Asia. (AP)
Petani memanen gandum di ladang mereka dekat desa Tbilisskaya, Rusia, 21 Juli 2021. Tank dan rudal Rusia yang mengepung Ukraina juga mengancam pasokan makanan dan mata pencaharian orang-orang di Eropa, Afrika, dan Asia. (AP)

Berdasarkan catatan organisasi pangan dan pertanian PBB atau FAO, lanjut Retno, indeks pangan global meningkat hingga 16,08 persen pada bulan lalu ketimbang Januari, sebelum perang Ukraina meletup. Kenaikan ini dipicu oleh naiknya harga komoditas pangan dunia dibandingkan Januari 2022. Harga daging naik 8,83 persen, produk susu (lebih dari 6,7 persen), sereal (18,28 persen), minyak nabati (lebih dari 23 persen), dan harga gula naik lebih dari enam persen.

Bahas Upaya Akhiri Perang Jokowi Temui Putin dan Zalenskyy.
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:58 0:00

Tidak Berdampak Langsung

Menanggapi rencana lawatan Jokowi ke Rusia dan Ukraina, peneliti hubungan internasional dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nanto Sriyanto menilai kunjungan Jokowi ke kedua negara tersebut tidak akan berdampak langsung terhadap beragam upaya untuk menyelesaikan perang. Namun, dia menegaskan lawatan Jokowi itu merupakan bentuk perhatian dan sinyal penting Indonesia dalam berdiplomasi.

"Dalam hal ini saya cukup skeptis karena melihat dalam kapasitas untuk menjadi mediator akan terlihat kurang kapasitasnya, terlebih bila dilakukan sendiri. Untuk itu, Indonesia perlu bukan hanya secara langsung minta kedua belah pihak untuk menghentikan (perang), tetapi Indonesia Indonesia perlu membangun koalisi untuk memberikan tawaran-tawaran perdamaian," ujar Nanto.

Untuk itu, tegasnya, usaha mediasi tersebut harus dibarengi dengan peningkatan posisi tawar Indonesia sebagai mediator.

Sementara itu, pendiri Synergy Policies Dinna Prapto Raharja, berharap Jokowi nanti bisa memecah kebuntuan yang sampai saat ini masih terjadi. Selain itu, menurutnya penting juga bagi Jokowi untuk bertemu dengan Volodymyr Zelenskyy, dan juga dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk membuka ruang diskusi atau dialog yang diharapkan bisa memecah ketegangan yang terjadi.

Lebih jauh Dinna menjelaskan Presiden Jokowi juga harus bisa menjelaskan kepada Putin bahwa yang paling dirugikan dari peperangan ini adalah negara-negara berkembang. Menurutnya, pembahasan tersebut harus disampaikan oleh Jokowi dengan bahasa yang bisa diterima oleh semua pihak.

Pengungsi Ukraina yang melarikan diri dari invasi Rusia ke Ukraina menunggu di bus, menuju Przemysl, setelah melintasi perbatasan Ukraina-Polandia, di Medyka, Polandia, 1 April 2022. (Foto: Reuters)
Pengungsi Ukraina yang melarikan diri dari invasi Rusia ke Ukraina menunggu di bus, menuju Przemysl, setelah melintasi perbatasan Ukraina-Polandia, di Medyka, Polandia, 1 April 2022. (Foto: Reuters)

“Jadi mungkin kalau kita yang bicara, dari pihak Indonesia menjelaskan bahwa konsekuensinya itu jauh lebih banyak negatif untuk negara-negara berkembang, maka mereka bisa lebih menimbang dengan lebih cermat langkah mereka,” katanya.

Dengan demikian maka pembicaraan dengan kepala negara tersebut lebih berfokus pada mencari solusi, yaitu bagaimana mengurangi dampak negatif dan menghentikan kekerasan serta korban jiwa yang terus bertambah, termasuk pengungsi. [fw/ah]

Recommended

XS
SM
MD
LG