Tautan-tautan Akses

Bangkit dari COVID-19, Warga Kolombia Pilih Presiden Baru


Warga menyaksikan hasil pemilihan presiden Kolombia yang terpampang di sebuah layar elektronik di Medellin, Kolombia, Minggu, 29 Mei 2022. Hasil awal menunjukkan mantan wali kota Bogota Gustavo Petro, 62 tahun, memimpin dengan 40,3% suara. (Foto: Joaquin Sarmiento/AFP)
Warga menyaksikan hasil pemilihan presiden Kolombia yang terpampang di sebuah layar elektronik di Medellin, Kolombia, Minggu, 29 Mei 2022. Hasil awal menunjukkan mantan wali kota Bogota Gustavo Petro, 62 tahun, memimpin dengan 40,3% suara. (Foto: Joaquin Sarmiento/AFP)

Warga Kolombia yang ketika bangkit dari pandemi virus corona dihadapkan pada inflasi, aksi kekerasan dan meningkatnya ketidaksetaraan, pada Minggu (29/5) memilih presiden baru.

Ada enam calon presiden yang siap bertarung dan semuanya menjanjikan berbagai perubahan, di tengah pandangan umum bahwa negara itu sedang menuju ke arah yang salah.

Salah seorang dari enam calon itu adalah Gustavo Petro, mantan pemberontak yang berpotensi menjadi kepala negara pertama di Kolombia yang beraliran kiri, jika ia berhasil meraih 50 persen suara untuk memenangkan putaran pertama. Jika tidak ada satu calon pun yang meraih lebih dari separuh suara, akan dilangsungkan putaran kedua di antara dua kandidat dengan suara terbanyak pada putaran pertama.

Jajak pendapat sebelum pemilu menunjukkan Petro unggul, tetapi tidak meraih 50 persen suara. Ia disusul oleh seorang taipan real estat populis yang menjanjikan hadiah uang untuk informasi tentang pejabat-pejabat korup; serta calon presiden sayap kanan yang telah berupaya menjauhkan diri dari presiden saat ini yang konservatif dan sangat tidak disukai, Ivan Duque.

Ini merupakan pemilu presiden kedua sejak pemerintah menandatangani perjanjian damai dengan Pasukan Revolusioner Bersenjata Kolombia (FARC). Namun, perjanjian yang memecah belah itu bukan menjadi isu utama kampanye karena rakyat lebih fokus pada upaya mengatasi kemiskinan dan korupsi.

Pemilu ini akan menjadi upaya ketiga Petro untuk menjadi presiden Kolombia. Pada 2018, Petro dikalahkan Duque, yang kini tidak memenuhi syarat untuk dipilih kembali.

Jika memenangkan pemilu kali ini, Petro akan mengantarkan era politik baru di negara yang selalu diperintah oleh kelompok konservatif atau moderat, sambil meminggirkan kaum kiri karena dianggap terkait dengan konflik bersenjata di negara itu.

Petro pernah menjadi pemberontak gerakan M19 yang sekarang sudah tidak ada lagi, dan mendapat amnesti setelah dipenjara karena terlibat dengan kelompok tersebut. [em/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG