Tautan-tautan Akses

Warga Jepang Ragu Olimpiade Tetap Digelar di Tengah Naiknya Kasus Covid-19


Simbol Olimpiade dipasang kembali setelah diturunkan untuk pemeliharaan menjelang Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda di bagian Odaiba Selasa, 1 Desember 2020, di Tokyo. (Foto: AP/Eugene Hoshiko)
Simbol Olimpiade dipasang kembali setelah diturunkan untuk pemeliharaan menjelang Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda di bagian Odaiba Selasa, 1 Desember 2020, di Tokyo. (Foto: AP/Eugene Hoshiko)

Tanggapan warga Jepang terkait pelaksanaan Olimpiade pada tahun depan terpecah, antara mendukung dan ragu. Keraguan tersebut terkait dengan perkiraan kebutuhan biaya yang diperkirakan meroket di tengah peningkatan kasus Covid-19.

Reuters, Senin (7/12), mengutip pihak penyelenggara melaporkan pelaksanaa Olimpiade yang ditunda tersebut diperkirakan akan menelan biaya tambahan 294 miliar yen atau setara dengan sekitar Rp 39,5 triliun. Dana tersebut akan dibagi ke panitia penyelenggara Tokyo 2020, pemerintah Jepang dan Pemerintah Metropolitan Tokyo (TMG).

Secara total, TMG dan pemerintah nasional, dan pembayar pajak Jepang, diharapkan untuk membayar 191 miliar yen guna menutupi biaya penundaan dan tindakan penanggulangan virus corona.

Meskipun total anggaran Olimpiade sekarang cenderung mencapai 1,63 triliun yen, beberapa penduduk Jepang, Senin (7/12), mengatakan mereka yakin itu adalah harga yang pantas untuk dibayar.

"Saya pikir jumlah kasus yang terinfeksi virus corona (di Jepang) masih lebih sedikit daripada negara lain, jadi saya berharap mereka dapat mengadakan (Olimpiade) entah bagaimana dalam situasi ini," kata Shiro Terui, 72 tahun.

Sementara Satsuki Kataoka, seorang akuntan, mengatakan ia menerima bahwa mengadakan Olimpiade selama pandemi akan membawa biaya tambahan.

“Sebagai wajib pajak, saya merasa anggaran (ekstra) yang mereka himpun agak terlalu besar,” katanya. “Tapi saya mengerti bahwa biaya tambahan diperlukan karena situasi virus corona.”

Meskipun Jepang berhasil menghindari sejumlah besar kasus Covid-19 dan kematian dibandingkan negara-negara lain di seluruh dunia, tetapi mereka sedang mengalami gelombang ketiga.

Dengan lebih dari 15 ribu atlet dari seluruh dunia datang ke Tokyo untuk mengikuti Olimpiade, ada kekhawatiran bahwa kedatangan mereka dapat menyebabkan lonjakan kasus Covid-19.

“Bagi saya, sangat mengkhawatirkan berbagai orang dari luar negeri mengunjungi Jepang dalam situasi seperti ini,” kata Ryota Sato, 27 tahun. “Jadi, saya tidak terlalu mendukung. Saya berharap ini dapat dibatalkan, atau ditunda lagi. ”

Penyelenggara mengatakan mereka akan memutuskan jumlah penonton yang diizinkan masuk ke tempat Olimpiade pada musim semi. [ah/au]

XS
SM
MD
LG