Tautan-tautan Akses

Pendapatan Pekerja Informal Turun 50 Persen Lebih di Tengah Corona


Seorang penjaja dagangan bermain gitar sambil menunggu pembeli di pinggir jalan di tengah pandemi Covid-19 di Jakarta, 21 April 2020.
Seorang penjaja dagangan bermain gitar sambil menunggu pembeli di pinggir jalan di tengah pandemi Covid-19 di Jakarta, 21 April 2020.

Hampir sebagian besar pendapatan pekerja informal di Jakarta dan Bekasi turun lebih dari 50 persen selama wabah corona (COVID-19). 

Agra Bagus Kurniansyah, tukang cukur di Jalan Raya Babelan, Bekasi Utara duduk sendiri di tempat pangkas rambut miliknya hari Selasa (21/4) sore. Ia menuturkan pendapatannya menurun dari biasanya sekitar Rp500 ribu menjadi Rp150 ribu pada hari libur. Atau menjadi sekitar Rp50 ribu dari Rp200 ribu pada hari biasa.

Lelaki 22 tahun itu menurutkan terpaksa memangkas uang jajannya supaya pengeluarannya sepadan dengan pendapatan.

"Orang malas keluar rumah, malas cukur, takut ada virus corona yang menghampiri. Kalau bicara omset turun sudah pasti, adalah sekitar 80 persen," kata Bagus di Bekasi, Selasa (21/4).

Agra Bagus Kurniansyah, tukang cukur di Jalan Raya Babelan, Bekasi Utara. (VOA/Sasmito)
Agra Bagus Kurniansyah, tukang cukur di Jalan Raya Babelan, Bekasi Utara. (VOA/Sasmito)

Bagus menjelaskan masih bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dan sewa kios meskipun omsetnya menurun. Namun, ia berharap pemerintah dapat membantu kebutuhan bahan pokok selama pandemi corona.

Agus Kusnadi (32 tahun), penjual Siomay di perumahan Villa Gading Harapan Bekasi Utara juga mengaku omset penjualannya menurun dari sekitar Rp400 ribu menjadi Rp200 ribu per hari. Ia mengungsikan istri dan satu anaknya ke Garut, Jawa Barat untuk menyesuaikan pendapatannya yang menurun.

Agus mengatakan dirinya juga takut terjangkit virus corona. Namun, ia terpaksa berjualan atau kerja di luar rumah karena tidak ada sumber pendapatan lain bagi keluarganya.

"Belum pernah dapat bantuan sepeserpun, seribu pun belum pernah dari pemerintah tidak ada. Katanya dari Pemprov Jabar juga tidak ada. Kalau ada bantuan mungkin saya bisa diam di rumah," tutur Agus.

Agus Kusnadi (32 tahun), penjual Siomay di perumahan Villa Gading Harapan Bekasi Utara. (VOA/Sasmito)
Agus Kusnadi (32 tahun), penjual Siomay di perumahan Villa Gading Harapan Bekasi Utara. (VOA/Sasmito)

Ia mengaku tidak berharap banyak mendapat bantuan dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Agus hanya berharap wabah corona dapat segera selesai sehingga ia dapat berjualan seperti biasanya.

Tidak jauh berbeda, Khalilah (43 tahun) pedagang mainan di sejumlah sekolah dasar di Kemayoran, Jakarta menuturkan tidak bisa berdagang karena sekolah di Jakarta diliburkan. Ia terpaksa beralih jualan masker di depan rumahnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Itupun, kata dia, hanya mendapat sekitar Rp50 ribu per hari, jauh dibandingkan jualan mainan yang berkisar Rp150 ribu.

"Bedalah, sebelum corona saya biasa dagang bisa dapat Rp150 ribu, paling sedikit Rp100 ribu. Karena sekolah diliburkan, saya tidak bisa dagang, tidak dapat uang," tutur Khalilah.

Ibu lima anak itu menuturkan sedikit terbantu karena mendapat bantuan sembako dari pemerintah pusat. Antara lain minyak 1 liter, beras 5 kilogram, 2 sabun mandi, wafer dan 2 sarden kecil.

Survei SINDIKASI Tunjukkan Dampak Covid19 pada Media & Industri Kreatif

Pekerja Film Hingga Desainer Grafis Kehilangan Pendapatan
Hasil survei yang dilakukan Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) menyatakan wabah COVID-19 juga mengancam pekerja lepas di sektor media dan industri kreatif. Survei melibatkan 139 pekerja lepas di sejumlah kota besar pada 20 Maret-4 April.

Dari hasil survei terlihat, perkiraan pendapatan yang hilang akibat pembatalan pekerjaan saat wabah corona terbesar di kisaran Rp5 juta - Rp15 juta (32,8 persen) dan lebih dari Rp1 juta - Rp5 juta (32,8 persen). Selain itu, ada juga yang harus kehilangan pendapatan lebih dari Rp15 juta - Rp30 juta sebanyak 16,8 persen hingga di atas Rp60 juta (3,6 persen).

Sebagian besar dari mereka juga harus menghadapi pembatalan lebih dari satu pekerjaan sehingga otomatis menghilangkan potensi pendapatan yang bisa mereka terima hingga pertengahan tahun (Maret-Juli 2020). Mayoritas dari pekerja lepas ini tidak mendapatkan kompensasi atas pembatalan tersebut (87,8 persen).

Subsektor yang banyak mengalami pembatalan pekerjaan yaitu film, video, audio (17,35 persen), seni pertunjukan (10,8 persen), seni vokal dan musik (9,4 persen), fotografi (9,4 persen), penelitian (7,2 persen), dan desain komunikasi visual (7,2 persen).

Diagram pekerja lepas yang mengalami pembatalan kerja (courtesy: SINDIKASI)
Diagram pekerja lepas yang mengalami pembatalan kerja (courtesy: SINDIKASI)

"Pembatalan pekerjaan atau project di subsektor industri ini terjadi karena pekerjaan tersebut sulit dikerjakan dari rumah," ujar Kepala Riset SINDIKASI, Fathimah Fildzah Izzati melalui keterangan tertulis, Rabu (15/4).

Fildzah menambahkan tidak semua rantai produksi industri media dan kreatif dapat dilakukan secara virtual atau bisa dikerjakan dari rumah. Para pekerja di industri media dan kreatif juga ada yang menghadapi pemundaan dan pembatalan pekerjaan, terutama pada kerja yang mensyaratkan kehadiran fisik.

Pendapatan Pekerja Informal Turun Lebih dari 50 Persen di Tengah Corona
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:57 0:00

Dalam kondisi kehilangan pekerjaan tersebut, para pekerja lepas harus menanggung beban sendiri terlebih bagi mereka yang memiliki tanggungan orang tua, istri atau suami, atau anak. Untuk bertahan hidup mereka memakai sejumlah cara yaitu menggunakan tabungan pribadi (41,6 persen), berutang (20,6 persen), dibantu orang tua (10,7 persen), dan mencari pekerjaan lain (4,3 persen). [sm/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG