Tautan-tautan Akses

Pemprov Sumatera Barat Bantah Ajak Perantau Minang Tinggalkan Papua


Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit (tengah) berbicara pada konferensi pers di Jakarta, Senin (1/10). (Foto: VOA/Sasmito)
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit (tengah) berbicara pada konferensi pers di Jakarta, Senin (1/10). (Foto: VOA/Sasmito)

Pemerintah provinsi Sumatera Barat (Sumbar) membantah mengajak perantau Minang untuk meninggalkan Wamena, Papua menyusul kerusuhan yang terjadi pada pekan lalu.

Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit mengatakan jumlah perantau Minang yang berada di Wamena, Papua sebanyak 1.500an orang. Dari jumlah itu, 180 orang telah meninggalkan Papua menggunakan kapal dan pesawat dengan biaya dari pemerintah karena khawatir dengan berlanjutnya aksi kerusuhan pekan lalu.

Kendati demikian, Abit membantah mengajak para perantau tersebut untuk meninggalkan Papua. Kata dia, Pemprov Sumbar justru mengimbau mereka untuk mempertimbangkan banyak hal, seperti pekerjaan, jika kembali ke Sumbar. Apalagi, kondisi keamanan di Wamena sudah kembali aman setelah kerusuhan pekan lalu.

"Harapan kita, masyarakat yang terkena dampak paham ini. Supaya tidak cepat-cepat keluar dari sana. Yang penting kan keamanan, kalau keamanan terjamin. Yang berdagang bisa bekerja seperti biasa, termasuk juga yang PNS," jelas Nasrul Abit di Jakarta, Selasa (1/10).

Abit menambahkan juga telah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Papua, TNI dan Polri ketika berkunjung ke Wamena pada akhir pekan lalu. Kata dia, kunjungan tersebut dilakukan untuk memastikan informasi yang simpang siur terkait kondisi perantau Minang di Wamena.

Para pengungsi tinggal di penampungan sementara di Jayapura, Papua. (Foto: IKM Papua)
Para pengungsi tinggal di penampungan sementara di Jayapura, Papua. (Foto: IKM Papua)

Pemprov Sumbar bersama masyarakat Minang juga melakukan penggalangan dana bagi perantau Minang di Wamena di Hotel Balairung, Jakarta. Uang hasil penggalangan dana tersebut akan digunakan untuk membiayai perantau Minang yang ingin pulang. Namun, kata Abit, uang tersebut juga dapat diberikan kepada perantau Minang yang di Wamena jika pada akhirnya mereka memutuskan tidak pulang ke Sumbar.

"Berapa dapatnya nanti kami akan tawarkan kepada masyarakat di sana. Apakah memang mau pulang atau tidak. Harapan kita kan tidak pulang, kalau harus kita bantu modalnya di sana, tapi dengan kesepakatan bersama ya," tambah Abid.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Keluarga Minang (IKM) Papua, Zulhendri Sikumbang menambahkan jumlah perantau Minang yang telah meninggalkan Papua kemungkinan lebih dari 180 orang. Sebab, ada juga perantau Minang yang meninggalkan Papua tanpa koordinasi dengan IKM Papua.

Sedangkan jumlah perantau Minang yang mengungsi di Posko IKM Papua di Jayapura masih 236 jiwa terdiri dari 109 laki-laki, 53 perempuan dan 64 anak-anak. Para pengungsi tersebut membutuhkan bantuan makanan, pakaian, obat-obatan dan hiburan, serta psikolog untuk menghilangkan trauma.

"Kalau dilihat yang membantu makanan dari ormas-ormas di situ. Saat ini belum ada campur tangan dari pemerintah daerah di sana," jelas Zulhendri kepada VOA, Rabu (2/10).

Pemprov Sumatera Barat Bantah Ajak Perantau Minang Tinggalkan Papua
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:08 0:00


Zulhendri berharap pemerintah pusat dapat menepati komitmennya dalam membantu perantau Minang yang menjadi korban kerusuhan. Salah satunya yaitu komitmen bantuan kemanusiaan sebesar Rp15 juta bagi keluarga korban seperti yang dijanjikan Kementerian Sosial.

Pemerintah mencatat sebanyak 31 orang meninggal dalam kerusuhan Wamena, Papua pada 23 September 2019 lalu. 10 di antaranya merupakan perantau asal Minang. Kerusuhan tersebut merupakan buntut dari aksi siswa di kota Wamena yang dipicu oleh konten hoaks yang berisi perkataan rasial dari seorang guru terhadap siswa di Wamena. (sm/em)

Recommended

XS
SM
MD
LG