Tautan-tautan Akses

Dampak Skandal Korupsi bagi Masa Depan FIFA


Petugas Biro Penyelidik Federal AS (FBI) mengumpulkan barang bukti skandal korupsi FIFA dari markas Konfederasi Asosiasi Sepak Bola Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia (CONCACAF) di Miami Beach, Florida (27/5).
Petugas Biro Penyelidik Federal AS (FBI) mengumpulkan barang bukti skandal korupsi FIFA dari markas Konfederasi Asosiasi Sepak Bola Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia (CONCACAF) di Miami Beach, Florida (27/5).

FIFA, badan yang mengatur sepakbola internasional, selama puluhan tahun telah dituduh melakukan korupsi, tetapi belum pernah seperti yang diumumkan Departemen Kehakiman AS hari Rabu (27/5).

Badan olahraga dunia yang paling berpengaruh dan menguntungkan FIFA dihantam berita mengejutkan hari Rabu (27/5). Penegak hukum Amerika mengumumkan beberapa tuntutan terhadap mantan pejabat dan pejabat yang masih berdinas di Federasi Internasional Sepak Bola atau FIFA, sebagai bagian dari penyelidikan menyeluruh terhadap organisasi itu.

Dua analis olahraga berbicara tentang implikasi tuntutan-tuntutan tersebut dan apa artinya bagi FIFA di masa depan.

Departemen Kehakiman Amerika menuntut 14 mantan pejabat tinggi dan pejabat yang masih berdinas di FIFA dengan berbagai tuntutan korupsi berskala luas, termasuk pemerasan, pencucian uang dan tuduhan penipuan. Jaksa Agung Loretta Lynch mengatakan pejabat-pejabat FIFA terlibat dalam sejumlah tindakan kriminal dan mengantongi jutaan dolar uang suap selama lebih dari 20 tahun.

Secara terpisah pihak berwenang Swiss mengumumkan penyelidikan terhadap beberapa tuntutan terkait penetapan penyelenggaraan Piala Dunia tahun 2018 di Rusia dan Piala Dunia tahun 2022 di Qatar.

Mark Bisson – editor majalah “World Football Insider” – mengatakan ia terkejut dengan pengumuman hari Rabu (27/5) yang hanya berselang dua hari sebelum pemilihan presiden FIFA yang baru hari Jumat (29/5) ini.

“Itu reaksi pertama saya. Kedua penyelidikan itu, satu dilakukan oleh Departemen Kehakiman Amerika, lainnya oleh pihak berwenang Swiss, terjadi hampir bersamaan dengan pemilihan presiden FIFA hari Jumat. Jadi kekagetan saya ini terkait dengan waktunya,” ujar Bisson.

Pihak berwenang telah menangkap tujuh pejabat FIFA di sebuah hotel mewah di Zurich, Swiss, dan kini menunggu untuk diekstradisi ke Amerika.

Mark Bisson mengatakan sebagian besar yang ditangkap itu terkait dengan korupsi beberapa waktu lalu, termasuk Jack Warner – mantan presiden CONCACAF atau Konfederasi Asosiasi Sepak Bola Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia.

“Sudah sejak beberapa waktu lalu kita tahu bahwa mantan Sekretaris Jenderal CONCACAF telah bekerjasama dengan petugas-petugas FBI yang menyamar, sehingga berita mengejutkan hari ini merupakan bagian dari hasil pekerjaannya dengan FBI. Ia tentu saja terlibat dan tenggelam dalam skandal korupsi ini, menerima uang suap dan sogokan selama bertahun-tahun,” tambah Bisson.

Pemilihan Presiden FIFA hari Jumat (29/5) akan berlangsung sesuai rencana. Presiden FIFA Sepp Blatter – yang tidak termasuk di antara mereka yang ditangkap – akan ikut bertarung untuk kembali meraih masa jabatan kelima sebagai pimpinan organisasi itu.

Ives Galarcep – penulis untuk situs sepakbola goal.com – yakin Sepp Blatter tahu apa yang terjadi.

Ia mengatakan, “Hal yang menarik adalah ia seakan-akan sudah segera berusaha membersihkan diri, dan berusaha memisahkan diri dari apa yang sedang terjadi. Tetapi bagaimanapun, Anda harus menilainya sebagai pihak yang ikut bersalah dalam hal ini, karena dia kemungkinan terlibat penuh, dan dia mengatur semuanya, atau dia adalah pemimpin yang paling tidak kompeten dalam sejarah bisnis dan sejarah dunia.”

Tahun 2012, FIFA melakukan langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu menetapkan dua negara sebagai penyelenggara Piala Dunia pada waktu yang sama yaitu Rusia pada tahun 2018 dan Qatar pada tahun 2022.

Ives Galarcep mengatakan, sebagai akibatnya, FIFA menerima kecaman karena mengambil langkah ini dan menjadikan Qatar sebagai penyelenggara Piala Dunia – sebuah negara yang tidak memiliki sejarah sepak bola dan memiliki suhu udara sangat terik pada musim panas, saat kompetisi itu biasanya diselenggarakan.

Ives menambahkan, “Kesan saya adalah kedua Piala Dunia ini – Piala Dunia tahun 2018 dan Piala Dunia tahun 2022 – seperti penipuan besar yang mereka lakukan. Saya menilai mereka melakukan sesuatu yang berlebihan dan akibatnya kecurigaan muncul di seluruh dunia”.

FIFA mengatakan tidak akan ada proses pemilihan ulang untuk lokasi pelaksanaan Piala Dunia tersebut.

(Mike Richman/VOA).

XS
SM
MD
LG