Tautan-tautan Akses

AS Prihatin dengan Program Nuklir Korea Utara


Foto satelit fasilitas nuklir Korea Utara di Yongbyon (foto: dok).
Foto satelit fasilitas nuklir Korea Utara di Yongbyon (foto: dok).

Pemerintah AS menyatakan keprihatinan dengan laporan baru yang memperkirakan Korea Utara akan mengembangkan cadangan nuklirnya hingga menjadi 100 senjata selambat-lambatnya tahun 2020.

Beberapa analis mengatakan meskipun ada ketidaksepakatan tentang kapabilitas nuklir Korea Utara, tetapi jelas tidak ada keraguan bahwa program senjata nuklir itu meningkatkan ancaman internasional.

Pakar-pakar teknologi senjata nuklir di John Hopkins University's School of Advance International Studies memperkirakan Korea Utara saat ini memiliki 10 hingga 16 senjata nuklir, dan sedang berupaya meningkatkan program nuklirnya.

Berdasarkan tingkat produksinya, pakar-pakar itu memperkirakan Korea Utara akan memperluas senjata nuklirnya dari 20 menjadi 100 senjata dalam limat tahun mendatang. Negara itu tampaknya juga akan mencapai kemajuan teknologi dengan memperkecil hulu ledak supaya bisa tepat ditempatkan di misil balistik.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Kim Min-Seok menyangkal klaim kelompok itu tentang kemampuan Korea Utara saat ini.

Ia mengatakan analisa bahwa Korea Utara memiliki 10 hingga 16 senjata nuklir hanya asumsi beberapa pakar dan kelompok swasta, dan tidak ada bukti yang mendukung asumsi tersebut.

Bruce Bennet – analis pertahanan di Rand Corporation – juga skeptis bahwa Korea Utara bisa memproduksi 100 senjata. Bennet mengatakan membangun begitu banyak senjata nuklir akan membutuhkan reaktor nuklir baru dan mengejar program pengayaan uranium secara luar biasa. Bennet memperkirakan jumlah senjata nuklir itu sekitar 50.

“Jika Korea Utara memiliki 50 senjata nuklir, mereka bisa membunuh sekitar 10 hingga 20 juta orang. Itu merupakan perbedaan yang sangat besar dan memberi mereka kekuatan yang lebih signifikan terhadap Korea Selatan, Jepang dan Amerika,” ujar Bennet.

Memiliki lebih banyak senjata nuklir tidak menjadikan Korea Utara lebih berbahaya. Negara-negara yang memiliki senjata nuklir – sebagian besar – lebih menahan diri menggunakan senjata-senjata itu karena dilandasi oleh pandangan yang saling meyakinkan tentang kehancuran yang mungkin ada jika terjadi perang nuklir.

Namun Daniel Pinkston – analis Korea di International Crisis Group – mengatakan mengingat sikap provokatif dan otoriter Korea Utara, ia prihatin negara itu mungkin melancarkan serangan nuklir.

“Mengingat bagaimana kinerja politik di dalam negeri dan bagaimana mereka menggunakan kekerasan dan kekuatan untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya, Korea Utara mungkin berupaya menggunakan senjata nuklirnya untuk mencapai tujuannya,” kata Pinkston.

Bennet meramalkan beberapa skenario dimana Korea Utara menggunakan senjata nuklir di kawasan itu karena salah perhitungan atau ketidakmampuan, atau karena menjual senjata-senjata nuklir pada para “non-state actors” atau tokoh dan organisasi yang memiliki pengaruh politik signifikan tetapi tidak berpihak pada negara atau pihak mana pun, yang tidak segan-segan menggunakan senjata itu terhadap Amerika.

Recommended

XS
SM
MD
LG