Tautan-tautan Akses

Warga Muslim AS Nilai Trump Langgar Batas dalam Kampanyenya


Khizr Khan (kanan) dan istrinya Ghazala Khan, orangtua tentara Muslim AS yang gugur, mengecam retorika Donald Trump dalam kampanye (28/7).
Khizr Khan (kanan) dan istrinya Ghazala Khan, orangtua tentara Muslim AS yang gugur, mengecam retorika Donald Trump dalam kampanye (28/7).

Sejumlah warga Muslim menanggapi dengan marah seruan calon presiden Partai Republik – Donald Trump – tahun lalu untuk melarang imigrasi warga Muslim ke Amerika dan perselisihan terbarunya dengan keluarga seorang tentara Muslim yang gugur dalam pertempuran.

Donald Trump mengatakan ia prihatin tentang teroris dan tidak mengecam warga Muslim, tetapi wartawan VOA Mike O’Sullivan melaporkan bahwa sejumlah warga Muslim-Amerika menuduhnya telah melanggar batas antara perdebatan dan ungkapan kebencian.

Warga Muslim-Amerika kini bergerak dan bicara di berbagai media sosial. Seruan Donald Trump untuk sementara waktu melarang masuknya warga dari sejumlah negara Muslim besar memicu kecaman dari warga Muslim-Amerika yang menyebut pernyataan-pernyataan Trump telah memanaskan situasi.

“Suasana di Amerika sekarang ini ibaratnya seperti dalam gedung biskop yang penuh penonton dan seseorang berteriak “kebakaran”, sehingga timbul kepanikan,” kata Naveed Merchant.

Tetapi tim kampanye Trump menunjuk seorang Muslim yang mendukungnya untuk memberikan penjelasan.

“Keamanan Amerika adalah prioritas nomor satu bagi Donald Trump. Saya sendiri sebagai Muslim merasa bahwa keamanan adalah prioritas utama,” ujar Sajid Tarar.

Trump mengatakan ia menarget terorisme dan bagian-bagian dunia yang menjadi asal terorisme. Tetapi para pengecam mengatakan Trump menyamakan teroris dengan Islam.

Hussam Ayloush berbicara dengan VOA melalui Skype mengatakan, “Pernyataan itu membuat rasa anti-Muslim menjadi sesuatu yang wajar, membuat retorika anti-Muslim hal yang normal karena jika tokoh yang dianggap penting seperti Trump mengatakannya, maka semua orang pasti boleh mengatakannya juga.”

Rafik Ahmed – seorang warga Muslim yang datang dari Pakistan 50 tahun lalu – mengatakan ia percaya pada pemilih.

“Mayoritas warga Amerika adalah orang cerdas, saya harap mereka akan mengakui bahwa warga Muslim telah menyumbang begitu banyak hal bagi negara ini,” kata Rafik.

Mengulangi pernyataan Muslim-Amerika yang puteranya gugur di medan perang tadi, seorang imigran Kurdi Timar Ahmed mengatakan ia percaya pada konstitusi Amerika.

“Semua agama, semua suku, tidak peduli dari mana Anda berasal atau apa latar belakang Anda. Selama bisa menerima dan menghormati Konstitusi Amerika, maka kita layak berada di negara ini,” paparnya.

Dalam survei bulan Maret lalu, Trump hanya meraih 11% dukungan dari warga Muslim-Amerika. Hingga saat ini belum ada lagi survei di kalangan Muslim-Amerika, tetapi mereka mengatakan dukungan untuk Trump telah turun tajam sejak survei bulan Maret itu. [em/ds]

XS
SM
MD
LG