Tautan-tautan Akses

Pantai Gading di Ambang Perang Saudara, Gbagbo Rekrut 'Patriot Muda'


Para pemuda pendukung Laurent Gbagbo berkumpul di markas militer di Abidjan untuk mendaftar tentara relawan (21/3).
Para pemuda pendukung Laurent Gbagbo berkumpul di markas militer di Abidjan untuk mendaftar tentara relawan (21/3).

Ribuan pemuda pendukung presiden yang berkuasa, Laurent Gbagbo, hari Senin mencoba mendaftarkan diri menjadi tentara negara itu.

Pantai Gading semakin mendekati kancah perang saudara lagi karena presiden Laurent Gbagbo terus berusaha memegang erat kekuasaan empat bulan setelah ia dikalahkan oleh lawan politiknya, Alassane Ouattara yang diakui PBB dan dunia internasional sebagai pemenangnya.

Ribuan pemuda pendukung presiden Gbagbo menunggu di luar Markas Besar Angkatan Darat di Abidjan, Senin pagi untuk mendaftar menjadi tentara yang terlibat pertempuran hebat melawan pasukan yang setia kepada Ouattara.

Para pemuda itu menerima panggilan pimpinan kelompok militan Patriot Muda, Charles Ble-Goude, yang dituduh menyulut serangan terhadap penduduk sipil dan pasukan penjaga perdamaian PBB.

Dalam pidatonya di depan rapat besar Patriot Muda hari Sabtu, Ble-Goude meminta kesediaan para pemuda untuk menjadi anggota tentara dan membela negeri itu, yang dijawab oleh para pemuda tersebut,” kami ingin membebaskan Pantai Gading”

PBB mengatakan, 30 penduduk sipil tewas dalam serangan mortir hari Kamis di sebuah pasar di Abobo, perkampungan yang pro-Ouattara di Abidjan yang telah menjadi pusat kekerasan.

Kepala PBB Urusan HAM, Navi Pillay mengatakan pasukan pendukung Gbagbo yang terlibat dalam serangan mortir itu bisa didakwa melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pemerintah presiden Gbagbo menyangkal keterlibatan dalam serangan tersebut dan mengatakan misi PBB di Pantai Gading tidak sah karena mendukung pemberontak Ouattara.

PBB mengatakan 435 orang telah tewas dan 450.000 orang lainnya terpaksa mengungsi sejak krisis itu dimulai.

Ribuan orang yang menyelamatkan diri dari kekerasan di Abidjan berkumpul di stasiun bis utama kota itu hari Minggu. Membawa koper-koper yang dipenuhi barang-barang mereka, banyak diantara mereka berdesakan masuk ke dalam bis-bis itu.

Seorang pegawai negeri bernama Adama Diawara yang berdiri di halte bis, mengatakan mereka meninggalkan Abidjan sekarang juga. Dia mengatakan dengan jatuhnya peluru mortar disana sini, di atap rumah, siang dan malam, mereka tak tahu apa yang harus dilakukan. Dia mengatakan penduduk negeri itu telah letih dan masyarakat internasional harus membantu.

Calo-calo karcis bis mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan memborong karcis dan menjualnya dengan harga dua kali lipat.

Aicha Diabate mengatakan mereka telah menunggu selama dua hari dan hanya dapat karcis untuk jam dua pagi. Dia mengatakan mereka tidak bisa naik bis ke Bouake karena orang-orang yang tidak punya karcis menyogok supir supaya diberangkatkan.

Pertempuran terparah berlangsung di Abidjan tetapi banyak bentrokan terjadi juga di wilayah barat yang rawan dimana pasukan pemberontak yang setia terhadap Ouattara telah bergerak ke selatan.

XS
SM
MD
LG