Tautan-tautan Akses

Chilcot: Invasi Irak, Blair Melebihkan Ancaman Saddam Hussein


Mantan PM Inggris Tony Blair dinilai melebih-lebihkan ancaman Saddam Hussein agar bisa melakukan invasi ke Irak (foto: dok).
Mantan PM Inggris Tony Blair dinilai melebih-lebihkan ancaman Saddam Hussein agar bisa melakukan invasi ke Irak (foto: dok).

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair melebih-lebihkan ancaman Saddam Hussein supaya bisa menginvasi Irak tahun 2003. Itulah kesimpulan resmi penyelidikan Inggris atas perang Irak.

Laporan resmi penyelidikan Inggris atas perang Irak itu menyebutkan bahwa informasi intelijen mengenai senjata pemusnah massal presiden Irak Saddam Hussein itu tidak mendukung perlunya dilakukan aksi militer.

Laporan itu juga mempertanyakan dasar hukum perang itu, yang memicu gelombang pertumpahan darah sektarian yang masih terasa di seluruh Irak.

Inggris berperan penting dalam mendukung keputusan presiden Amerika kala itu, George W. Bush, dalam mengambil tindakan militer terhadap Saddam Hussein dengan menyatakan pemimpin Irak itu memiliki simpanan senjata kimia dan biologis meskipun tidak satu pun senjata itu pernah ditemukan.

Perlu tujuh tahun untuk menerbitkan penyelidikan atas partisipasi Inggris di Irak, diketuai pensiunan pegawai negeri John Chilcot. Laporan itu berisi 2,6 juta kata. Kesimpulannya memberatkan.

"Inggris memilih ikut menginvasi Irak sebelum opsi damai untuk perlucutan senjata ditempuh. Aksi militer kala itu bukanlah pilihan terakhir," papar Chicot.

Dalam memo yang tidak rahasia, Perdana Menteri Blair mengatakan kepada rekannya dari Amerika bahwa ‘ia akan ikut, apapun keputusannya' - delapan bulan sebelum invasi.

Dalam tanggapan yang berlangsung dua jam hari Rabu (6/7), Blair menegaskan tidak ada yang bergegas perang.

"Lebih setahun setelah 9/11, akhir 2002, awal 2003, kami ketahui intelijen mengarah ke WMD atau Senjata Pemusnah Massal. Kami melihatnya dalam konteks, korban massal akibat model terorisme yang baru dan membinasakan," bela Blair.

Mantan Perdana Menteri Inggris itu meminta maaf kepada keluarga tentara Inggris yang tewas - dan ratusan ribu warga Irak yang tewas dalam perang itu maupun sesudahnya. Tetapi, ia menolak menyatakan telah membuat keputusan yang salah.

Di luar, keluarga tentara yang tewas di Irak menyimak bukti itu.

"Saya kira saya merasakan pemulihan dan kedamaian setelah sebelas setengah tahun, tetapi kini saya kembali ke saat ketika pertama kali mendengar kata-kata bahwa Bob O'Connor hilang dalam tugas, diperkirakan tewas," kata Sarah, istri Bob O'Connor, tentara Inggris yang tewas dalam perang Irak.

Dan penderitaan berlanjut di Irak. Sudah ratusan ribu orang tewas dalam kekerasan sektarian sejak invasi pimpinan Amerika itu. Salah satu serangan dengan korban paling banyak terjadi pekan ini, ketika serangan bom bunuh diri menewaskan 250 orang di Baghdad.

Penyelidikan Chilcot itu mungkin menandai penutupan bab yang kelam dalam politik Inggris. Di Irak, konsekuensi brutal itu masih berlangsung. [ka/al]

Recommended

XS
SM
MD
LG