WHO Desak Pembatasan Atas Rokok Elektronik

Seorang perempuan mengisap rokok elektronik "Blu" di Washington, DC.

WHO mengatakan meski rokok tersebut sepertinya tidak mengandung racun setinggi tembakau, asap yang ditimbulkan masih dapat mengancam non-perokok, anak-anak dan janin.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pembatasan-pembatasan atas rokok-rokok elektronik baru, yang menurut para pembuatnya adalah alternatif lebih aman dari rokok tembakau tradisional.

Sebuah laporan WHO menyebut rokok elektronik, biasa disebut e-cigarettes, merupakan bagian dari "garis depan yang terus berevolusi dan berisi janji-janji," namun mengatakan produk baru menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran kesehatan.

Badan tersebut merekomendasikan tidak adanya promosi rokok tersebut untuk mereka yang tidak merokok dan anak muda, dan melarang rasa buah dan permen. WHO juga akan melarang para produsen mengiklankan klaim-klaim kesehatan yang tak terbukti tentang rokok elektronik.

WHO mengatakan meski rokok tersebut sepertinya tidak mengandung racun setinggi tembakau, asap yang ditimbulkan masih dapat mengancam non-perokok, anak-anak dan janin.

Rekomendasi-rekomendasi ini akan didebatkan dalam konferensi mengenai kontrol tembakau pada Oktober nanti di Moskow.

Rokok elektronik menggunakan baterai untuk memanaskan cairan yang mengandung nikotin. Para perokok mengeluarkan uap, bukannya asap beracun, dan masih mendapatkan nikotin yang mereka inginkan.

Para produsen mengatakan alat itu membantu para perokok menghentikan kebiasaan mereka. Namun para ilmuwan mengatakan alat itu masih terlalu baru untuk ditarik kesimpulan-kesimpulan mengenai risiko-risiko kesehatan.

Manufacturers say the device can help smokers quit the habit. But scientists say the devices are too new to draw any firm conclusions about the health risks.