Warga Tibet di Pengasingan India Memilih Pemerintah Baru

Seorang biksu Buddha Tibet di pengasingan memutar roda doa di jalan yang ditandai dengan lingkaran bagi para pemilih yang antre untuk memberikan suara, guna memastikan jarak sosial, selama pemilu di Dharamsala, India, Minggu (3/1).

Ratusan warga Tibet yang tinggal di kota Dharamsala, India, Minggu, menuju TPS-TPS dalam pemilu putaran pertama untuk memilih pemimpin politik baru dan para anggota parlemen ke 17 Tibet di pengasingan. 

Para pemilih mengenakan masker, dan menjaga jarak serta menggunakan sanitizer ketika memberikan suaranya, hari Minggu (3/1).

Para sukarelawan membagi-bagikan masker dan mengukur suhu tubuh para pemilih. Yang lainnya membantu pemilih lanjut usia membetulkan kesalahan pada formulir.

Dalam pemilu putaran pertama ini, dua kandidat untuk jabatan puncak presiden serta 90 anggota parlemen akan diperebutkan.

Lobsang Sangay pemimpin politik Tibet yang masa jabatan kedua dan terakhirnya akan segera berakhir mengatakan, “Tibet berada dalam pendudukan tapi warga Tibet di pengasingan bebas. Mendapat kesempatan kami lebih memilih demokrasi.”

Pemerintah Tibet di pengasingan yang dibentuk pada tahun 1959 yang sekarang disebut Pemerintahan Pusat Tibet memiliki cabang Eksekutif, Yudikatif dan Legislatif dimana para calon presiden dipilih berdasarkan suara terbanyak sejak 2011.

Hasil-hasil pemilu putaran pertama diperkirakan akan diumumkan bulan depan.

Lobsang Sangay, PM Tibet di pengasingan di India (foto: dok).

Lobsang Sangay kembali mengatakan, “Ini merupakan momen dan peristiwa bersejarah meskipun kami di pengasingan, meskipun kami pengungsi di Asia Selatan tapi kami melaksanakan hak mendasar kami. Bahu membahu Bersama negara-negara demokratis lainnya di seluruh dunia.”

Pemilu putaran kedua dan terakhir akan dilaksanakan pada 11 April 2021.

China tidak mengakui pemerintahan Tibet di pengasingan dan menuduh Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet di pengasingan ingin memisahkan diri dari China.

Dalai Lama menolak tuduhan separatis dan mengatakan ia hanya menganjurkan otonomi dan perlindungan terhadap budaya Budha di kawasan itu. Sekitar 140 ribu warga Tibet kini tinggal di pengasingan terutama di India.

India menganggap Tibet sebagai bagian dari China meskipun menampung warga Tibet yang mengasingkan diri. [my/jm]