Thailand Pastikan Warga Asing Akan Divaksinasi

Orang-orang berbaris untuk menerima vaksin COVID-19 di Bandara Suvarnabhumi di Bangkok, Thailand 28 April 2021. (Foto: REUTERS/Jorge Silva)

Pemerintah Thailand, Kamis (6/5), berusaha meyakinkan warga asing yang berada di negara itu bahwa mereka akan mendapatkan vaksin COVID-19. Pernyataan pemerintah ini dikeluarkan untuk membantah komentar-komentar sebelumnya dari beberapa pejabat yang mengatakan bahwa warga asing masuk dalam kelompok terakhir orang-orang yang akan divaksinasi.

Opas Karnkawinpong, Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Penyakit Thailand, mengeluarkan pernyataan itu saat Thailand berjuang mengendalikan wabah di jantung ibu kotanya yang telah membuat ribuan orang sakit dalam sebulan terakhir, baik warga Thailand maupun warga asing.

Ia mengatakan setidaknya 70% dari populasi Thailand harus diinokulasi untuk menciptakan kekebalan komunitas dan Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha secara jelas menyebutkan bahwa semua orang di Thailand, baik warga negara itu maupun warga negara asing, dapat mengakses vaksin.

Seorang biksu Buddha menerima satu dosis vaksin penyakit virus korona Sinovac China di sebuah kuil di Bangkok, Thailand. (Foto: AFP)

“Orang asing dan diplomat memiliki kriteria yang sama dengan orang Thailand, '' kata Opas, seraya menambahkan bahwa negara itu memiliki populasi 67 juta warga negara Thailand dan 3 juta warga asing.

Lebih dari 2,5 juta orang asing di Thailand berasal dari sejumlah negara tetangga, termasuk Kamboja, Laos, dan Myanmar. Banyak di antara mereka bekerja di lokasi konstruksi dan di pabrik. Sisanya, sekitar 200.000, sebagian besar adalah para profesional dan pensiunan dari Australia, China, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat, yang secara legal tinggal di Thailand.

Komentar Opas muncul setelah beberapa pejabat kesehatan mengatakan orang asing yang secara resmi tinggal di negara itu harus menunggu sampai seluruh penduduk Thailand divaksinasi untuk mendapatkan suntikan.

Dengan pembatasan perjalanan yang ketat, banyak penduduk asing perlu melakukan perjalanan yang memakan waktu dan mahal ke luar negeri untuk mendapatkan suntikan vaksin.

BACA JUGA: Wabah Corona Makin Meluas di Thailand Menjelang Songkran

“Kami mengikuti praktik internasional, '' ujarnya. “Orang Thailand dan orang asing termasuk diplomat akan diperlakukan sama. ''

Thailand sangat lambat dan secara acak menggelar program vaksinasi, Negara itu tidak menunjukkan rasa urgensi hingga awal April, ketika infeksi baru mulai melanda kawasan-kawasan kumuh dan berpenghasilan rendah yang terletak di dalam dan sekitar kawasan pusat bisnis Bangkok.

Kurang dari 2% penduduk Thailand telah mendapatkan vaksin COVID-19, kebanyakan petugas kesehatan, tetapi pemerintah mengatakan akan memvaksinasi 70% penduduknya pada akhir tahun ini.

Jumlah kasus di Thailand sebelumnya relatif sedikit dengan jumlah kematian relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Negara itu hanya menandatangani kesepakatan dengan perusahaan farmasi lokal yang memproduksi vaksin AstraZeneca pada akhir 2020. Negara itu pada awalnya bahkan memilih hanya akan mengimpor vaksin Sinovac dari China.

Seorang teknisi laboratorium mengambil sebagian isi dari kandidat vaksin Covid-19 untuk diuji di Pusat Penelitian Vaksin Chula di Universitas Chulalongkorn, di Bangkok, Thailand, 25 Mei 2020. (Foto: AP)

Upaya vaksinasi semakin mendesak karena jumlah kasus baru melonjak menjadi sekitar 2.000 per hari, dan jumlah kematian mulai meningkat.

Pada hari Kamis, Thailand melaporkan 1.911 kasus baru dan 18 kematian baru, sehingga jumlah total infeksi yang dikonfirmasi menjadi 76.811, dengan 336 kematian.

Thailand menutup perbatasannya untuk hampir semua pelancong selama berbulan-bulan tahun lalu dan telah mewajibkan pengunjung ke negara itu melakukan tes yang menunjukkan mereka tidak positif COVID-19 dan menjalani 14 hari karantina wajib.

Hanya tiga vaksin yang telah diizinkan untuk digunakan di Thailand dan sejauh ini hanya dua yang telah diberikan: vaksin AstraZeneca dan vaksin Sinovac. Pemerintah Thailand sekarang mengatakan sedang mencoba mengimpor vaksin dari AS dan Rusia, tetapi kemungkinan besar akan menghadapi proses otorisasi yang sangat memakan waktu. [ab/uh]