Shinta Nuriyah A.Wahid Sahur Keliling di Klenteng Yogyakarta

  • Munarsih Sahana

Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid sedang memberikaan tausyiyah dalam acara sahur keliling di klenteng Poncowinatan kota Yogyakarta, Senin (20/5/19). (Foto: VOA/Munarsih Sahana).

Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam acara sahur keliling lintas agama di Klenteng Poncowinatan, Yogyakarta, Senin (20/5) dini hari, menyerukan pentingnya meningkatkan keimanan, toleransi dan persaudaraan di masyarakat.

Komunitas dari agama-agama berbeda yang berasal dari suku dan etnik beragam yang berasal dari sejumlah wilayah di Indonesia, sekitar pukul 2 pagi, Senin (20/5) telah memadati halaman Klenteng Poncowinatan kota Yogyakarta, untuk mengikuti tausyiyah dari Shinta Nuriyah, yang sudah melakukan sahur keliling dengan komunitas berbeda-beda selama 20 tahun.

Usai makan sahur bersama, Shinta Nuriyah mengajak hadirin melakukan dialog santai dan banyak canda tetapi juga mengingatkan bahwa banyak nilai kebaikan diajarkan dalam berpuasa seperti jujur, sabar dan toleransi jika puasa dijalankan dengan benar.

“Lha puasa di situ puasa yang bisa merubah kelakuan dari orang yang tidak baik menjadi baik. Kalau Anda sudah bisa menjalankan seperti itu maka puasanya diterima oleh Allah, Anda bisa menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia. Artinya, Anda sudah bisa melaksanakan apa yang diajarkan bulan puasa,” jelasnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid Gelar Sahur Keliling di Klenteng Poncowinatan Yogyakarta

Di depan para wartawan, Shinta juga berpesan agar umat muslim meningkatkan keimanan sekaligus meningkatkan persaudaraan dengan seluruh warga bangsa yang ia nilai sedang menghadapi situasi yang tidak mudah.

“Kaum muslimin hendaknya menambah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT serta melaksanakan apa yang diajarkan bulan Puasa kepada kita semua, yaitu moral dan budi pekerti yang luhur. Ajaran yang dibawa bulan Puasa itu semuanya penting saat ini, sebagai perisai bagi dirinya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kita semua berdoa agar tidak terjadi apa-apa tetapi kalau terjadi sesuatu maka kita sudah memiliki tameng didalam diri kita masing-masing,” lanjut ibu Shinta.

Agnes Dwi Rusjiyati, Koordinator Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika Daerah Istimewa Yogyakarta selaku penyelenggara mengatakan, dipilihnya Klenteng Poncowinatan untuk menunjukkan sahur keliling itu tidak eksklusif, sebab selama ini warga sekitar berbeda agama sering berkumpul di Klenteng itu. Sedangkan tema “dengan puasa kita padamkan ujaran kebencian dan hoaks” adalah terkait realita yang ada di masyarakat.

Sahur Keliling bersama Shinta Nuriyah di Kenteng Poncowinatan dihadiri komunitas dari berbagai agama, suku dan etnis berbeda, termasuk para susten dari asrama Syantikara Yogyakarta. (Foto:VOA/Munarsih Sahana)

“Tema ini kan juga terkait dengan kondisi aktual masyarakat, bu Shinta selalu mengambil tema-tema yang aktual di masyarakat. Ini terkait dengan situasi politik, situasi sosial kehidupan masyarakat. Ini juga kan fenomena bukan hanya terjadi saat ini tetapi juga beberapa tahun terakhir. Ini yang ingin diingatkan oleh ibu Shinta kepada kita semua. Ini nyata terjadi di sekitar kita, ada kelompok-kelompok yang melakukan ujaran kebencian, ada yang menyebarkan hoaks yang itu jelas bisa merusak persatuan,” jelas Agnes.

Martha, mahasiswa Universitas Sanata Dharma adalah satu-satunya hadirin yang berasal dari Papua. Ia mengatakan kepada VOA, ia tertarik hadir karena tertarik dengan tema yang dibahas dalam sahur bersama.

“Saya tertarik dengan acara ini pertama karena melihat temanya yang sangat mengena. Karena belakangan ini muncul isu-isu tentang tanggal 22 Mei yang akan ada people power itu membuat saya takut terjadi kerusuhan dan sebagainya. Bagi saya, sahur bersama ini menjadi sesuatu yang sangat berharga karena beda suku atau beda agama itu tidak masalah bagi kita semua untuk tetap bersatu,” kata Martha.

Romo Vikaris Episkovalis DIY Sambut Baik Ajakan Sinta Nuriyah

Romo Adrianus Maradiyo Pr, romo Vikaris Episkovalis untuk DIY menyambut baik ajakan Shinta Nuriyah untuk meningkatkan persaudaraan antar umat.

“Kegiatan sahur bersama yang melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada di DIY ini sangat menarik terlebih yang disampaikan Ibu Shinta itu semakin meneguhkan yang namanya membangun persaudaraan sejati. Bagi saya ini semakin meneguhkan pula apa yang menjadi rencana induk Keuskupan Agung Semarang, mewujudkan kasih dalam peradaban masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman,” jelas Romo Viskaris.

Ronald Lukens-Bull, PhD, Fulbright Scholar yang sedang melakukan kajian tentang Banser, ikut hadir pada sahur bersama dengan Shinta Nuriyah ABdurrahman Wahid. (foto:VOA/Munarsih Sahana).

Bagi Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi, sahur bersama menguatkan kota Yogyakarta untuk menjadi kota yang semakin toleran.

“Ini saya kira menjadi penguatan bagi kota Yogya dengan semanngat untuk kita saling menyapa satu sama lain supaya kita senantiasa ingat bersaudara, perbedaan apapun adalah bagian dari dinamika tetapi apapun kita harus tetap menjaga persatuan,” kata Walikota Heroe Poerwadi.

Kebersamaan Umat Lintas Agama Dinilai Akan Bantu Pulihkan Rasa Persatuan

Ronald Lukens-Bull PhD, antropolog dari University of North Florida Amerika Serikat yang sedang mendapatkan beasiswa Fulbright untuk melakukan kajian tentang satuan keamanan di Nahdlatul Ulama atau Banser, ikut menghadiri sahur bersama Shinta Nuriyah.

Di antara yang hadir pada sahur keliling adalah Ronald Lukens-Bull, PhD, antropolog dari University of North Florida yang sedang melakukan kajian tentang Banser. (Foto:VOA/Munarsih Sahana).

Lukens-Bull yang mengenakan rompi Banser mengatakan kepada VOA, kebersamaan umat lintas agama yang hadir akan membantu mengembalikan persatuan masyarakat yang retak akibat perbedaan pilihan dalam pemilu 17 April lalu.

“Setelah pemilihan umum baru-baru ini yang memecah masyarakat dan itu belum selesai saya kira orang-orang yang hadir pada sahur bersama ini menemukan nilai kebersamaan. Para penganut agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha yang duduk berdampingan di sini tentu akan saling mengenal dan saling memahami di dalam interaksi antar agama-agama tersebut. Saya kira ini sangat membantu mempersatukan kembali masyarakat,” kata Ronald Lukens-Bull. [ms/em]