Presiden Jokowi Janji Naikkan Anggaran Pertahanan

Presiden Joko Widodo mengunjungi pameran industri alat pertahanan Indo Defence 2014 di JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat, 7 November 2014 (Foto: VOA/Andylala)

Presiden Joko Widodo berjanji akan menaikkan anggaran pertahanan jika pertumbuhan ekonomi menebus hingga di atas tujuh persen, saat mengunjungi pameran industri alat pertahanan "Indo Defence 2014".

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi pameran industri alat pertahanan "Indo Defence 2014 Expo & Forum" yang berlangsung di JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat, Jumat (7/11). Presiden Jokowi berjanji akan menaikkan anggaran pertahanan hingga tiga kali lipat dari posisi sekarang Rp150 triliun, jika pertumbuhan ekonomi tembus hingga di atas tujuh persen.

"Kalau pertumbuhan ekonomi kita bisa tumbuh diatas tujuh, maka anggaran pertahanan bisa tiga kali lipat dari sekarang, kalau ndak, darimana anggarannya ...saya mau tanya. Oleh karena itu, yang harus didorong adalah pertumbuhan ekonomi. Kalau pertumbuhan ekonomi bagus penerimaan negara akan semakin meloncat naik dan itu akan dipake sebagian untuk menambah anggaran pertahanan kita," kata Presiden Joko Widodo.

Presiden juga menekankan, pemerintah akan menambah jumlah kapal patroli untuk mengawasi wilayah laut Indonesia yang dinilainya masih kurang.

"Kita harus ngerti, kapal-kapal patroli kita sangat kurang oleh sebab itu harus ditambah. Kenapa dulu kita sampaikan soal drone itu. Kita perlu itu. Kalau nda bagaimana kita bisa mengendalikan 5.400 kapal yang setiap hari lalu lalang dan banyak yang ga jelas dibanding yang jelas," lanjutnya.

Seperti diketahui, Jokowi telah mengamanatkan seluruh kabinetnya untuk menjadikan landasan maritim sebagai tujuan utama pembangunan. Dalam membangun landasan tersebut, salah satu bidang yang terkait adalah bidang pertahanan.

Pada saat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, anggaran pertahanan periode 2010-2014 dianggarkan Rp150 triliun dari APBN untuk pembelian alutsista. Jumlah itu dapat memenuhi kekuatan minimal pertahanan atau Minimum Essential Force mencapai angka 38 persen.

Presiden jokowi juga memastikan akan terus menjalin kerjasama pertahanan dengan semua negara.

"Bisa diliat banyak kerjasama dengan negara lain seperti korea dsb. Saya kira transfer tekhnologi seperti itu yang dibutuhkan. Kalau itu dilakukan dengan semua negara tidak ada ketergantungan dengan satu dua negara akan lebih baik. Pertama bisa menambah kapasitas, kedua ada transfer tekhnologi di disitu," tambah Presiden.

Saat meninjau pameran industri alat pertahanan bertaraf internasional tersebut, Presiden Jokowi meninjau enam panser Anoa buatan PT Pindad. Presiden juga menyambangi perahu karet yang biasa dipakai Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut. Kapal itu diberi nama Cantoka (Carrier and Tactical Onboard Kopaska). Kapal itu merupakan desain prajurit TNI AL dari Dinas Penelitian dan Pengembangan.

Di dalam gedung JIExpo Kemayoran, Jokowi melihat beraneka macam pabrikan alutsista. Dari produsen simulator, melihat ltand pabrik kapal selam Korea Selatan, hingga perakit pesawat tempur T-50.

Kunjungan Jokowi ke stand produsen alutsista Korea Selatan bukan tanpa sebab. Indonesia dan Korea Selatan memiliki hubungan kerja sama pembuatan alat perang, seperti kapal selam Changbogo Class bekerjasama dengan PT PINDAD, hingga pesawat tempur KFX/IFX.

Selepas dari stan Korea Selatan, Presiden Jokowi mengunjungi stand industri alutsista dalam negeri yaitu PT PAL, PT Dirgantara Indonesia. PT PINDAD Ekspor Amunisi ke Amerika Serikat

Juru Bicara PT PINDAD Mahesa Ariya Nebo kepada VOA menjelaskan, PT Pindad baru saja membuat senapan sniper SPR 2 dan 3. Senapan ini mampu menjangkau target dengan jitu dalam jarak sejauh 2 kilometer. Jenis peluru senjata sniper ini mampu menembus kendaraan lapis baja sekalipun.

"Senjata jarak jauh ini bisa kita sebut senjata yang berkaliber 12,7. Yang disebut jarak jauh ini artinya dia bisa ditembakan atau dibidik sampai target berjarak dua kilometer," kata Ariya Nebo.

PT PINDAD dalam pameran industri pertahanan ini juga menandatangani kerjasama dengan tiga perusahaan pertahanan internasional, yaitu Belgia, Swedia dan Jerman. Mahesa Ariya Nebo menjelaskan pada 2013 lalu, PT PINDAD juga telah mengekspor amunisi kaliber kecil yaitu 5,56 mm ke Amerika Serikat.

"Amerika juga sudah beli barang-barang kita. Tapi untuk bentuk kerjasamanya belum. Sekitar 10 juta butir. Kaliber 5,56 milimeter," jelas Mahesa Ariya Nebo.

Pameran industri pertahanan yang berskala internasional ini berlangsung dari Rabu-Sabtu (5-8/11), dan diikuti oleh 56 negara yang mengirimkan delegasi resminya.