Perpecahan Oposisi Senegal Rintangi Upaya Singkirkan Presiden Wade

  • Nick loomis

Ketua kelompok oposisi Senegal, Macky Sall (tengah), yang merupakan kandidat dalam pemilihan presiden tanggal 26 Februari, menghadiri aksi protes menolak pencalonan Presiden Wade untuk masa jabatan ketiga kalinya.

Perpecahan dalam kelompok oposisi Senegal mempersulit upaya untuk menyingkirkan Presiden Abdoulaye Wade ataupun menampik pencalonannya sebagai presiden untuk ketiga kalinya.

Terjadi keretakan lagi dalam kelompok oposisi di Senegal yang sudah terpecah. Pesaing-pesaing utama, Mackey Sall dan Moustapha Niasse, memutuskan untuk berkonsentrasi pada masa kampanye, yang secara resmi dimulai hari Minggu, alih-alih membantu mengadakan rapat akbar untuk menentang pencalonan Presiden Wade.

Analis politik Senegal Abdoul Lo meragukan alasan mereka.

Ia mengatakan, “Menurut saya, mereka membuat kesalahan besar, karena Wade begitu yakin ia akan menang. Saya harus yakin akan hal itu, karena mereka punya jaminan kuat untuk mencapai tujuan mereka.”

Presiden Wade berhasil mengatasi rintangan besar pertamanya hari Minggu lalu, ketika Mahkamah Konstitusi Senegal membuat keputusan akhir ia boleh mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga, meskipun konstitusi itu membatasi dua kali masa jabatan.

Jika ada satu hal yang disepakati kelompok oposisi, itu adalah sifat independen Mahkamah Konstitusi yang tidak bisa diganggu gugat dan Presiden Wade tidak punya hak mencalonkan diri lagi dalam pemilihan tanggal 26 Februari. Lo mengatakan kontestan lainnya menghadapi keputusan sulit mengenai apakah akan berkampanye atau memboikot pemilihan presiden itu.

“Jika mereka tidak mencalonkan diri, Wade akan tetap mencalonkan diri. Jika mereka mencalonkan diri, Wade akan mengalahkan mereka dengan segala cara. Jadi saya paham, keputusan ini agak rumit bagi mereka,” ujarnya.

Juga terdapat perpecahan dalam kelompok oposisi antara satuan-satuan politis dan yang non-politis, seperti yang nampak dalam demonstrasi hari Selasa. Penyelenggara dan politisi menginginkan demonstrasi damai, sementara massa ingin berpawai ke istana presiden. Kurangnya konsensus mengakibatkan terjadinya bentrokan di wilayah Place d’Obélisque di Dakar, di mana sedikitnya seorang demonstran tewas. Menteri Luar Negeri Madické Niang mengatakan hari Rabu, polisi terpaksa bertindak terhadap massa yang kemudian berubah menjadi tindak kekerasan.

Niang mengatakan apabila warga Senegal ingin menyampaikan sesuatu sesuai dengan aturan hukum, mereka bebas melakukannya, tetapi mereka harus waspada terhadap orang yang ingin melakukan tindak kekerasan.

Amnesti Internasional menghimbau Presiden Wade agar mengirim perintah jelas kepada pasukan keamanan agar menggunakan senjata hanya apabila nyawa mereka terancam.

Tiga orang lainnya tewas hari Jumat dalam demonstrasi menentang pencalonan Presiden Wade.

Muncul di televisi hari Rabu, presiden berusia 85 tahun itu mengakatakn bentrokan itu tidak akan membuatnya bergeming.