NATO Khawatirkan Terorisme yang Meningkat di Afghanistan

Pasukan AS memeriksa kerusakan pada kendaraan lapis baja milik koalisi militer pimpinan NATO pasca serangan bom bunuh diri di provinsi Kandahar, Afghanistan, 2 Agustus 2017. (REUTERS / Ahmad Nadeem).

Seorang pejabat tinggi NATO menyatakan aliansi itu prihatin dengan meningkatnya terorisme di Afghanistan setelah NATO menarik pasukan tempurnya pada tahun 2014.

Presiden Majelis Parlemen NATO, Paolo Alli mengatakan kepada Associated Press, "Kami tidak dapat meremehkan apa yang terjadi di Afghanistan karena setelah kami menarik pasukan, kami melihat peningkatan baru terorisme... Taliban menguasai bagian-bagian yang besar di Afghanistan.”

Setelah NATO mengakhiri misi tempurnya pada tahun 2014, pasukan aliansi tetap berada di sana untuk melatih dan memberi nasihat kepada pasukan Afghanistan.

Pernyataan Alli di Bukares pada hari Jumat itu dilontarkan setelah Kay Bailey Hutchison, Duta Besar Amerika untuk NATO, mengatakan, Washington akan meminta NATO untuk menyumbangkan sekitar 1.000 tentara tambahan untuk berjuang melawan pemberontak Taliban.

Jumlah tentara tambahan NATO yang dikirim ke Afghanistan itu akan diputuskan oleh negara-negara anggotanya. [uh]