Ilmuwan Chile Produksi Biodiesel dari Mikroalga

A police officer raises his pepper spray gun as he detains a man during a march against the national security law at the anniversary of Hong Kong's handover to China from Britain.

Pemanfaatan mikroalga menjadi biodiesel sebagai bahan bakar bagi bus dan truk selain untuk menekan emisi gas rumah kaca hingga 80 persen kemungkinan juga dapat mengurangi polusi di kota-kota yang sudah terimbas polusi seperti Santiago.

Biodiesel yang terbuat dari mikroalga dapat menjadi bahan bakar bagi bus dan truk serta menekan emisi gas rumah kaca hingga 80 persen, ujar para ilmuwan Chile, kemungkinan dapat mengurangi polusi di kota-kota yang sudah terimbas polusi seperti Santiago.

Para pakar dari jurusan Teknik Kimia dan Proses Hayati di Catholic University di Chile mengatakan mereka telah menanam cukup alga agar dapat dipecah belah dan diekstraksi minyaknya, dimana setelah uap air dan serpihan-serpihannya dihilangkan, dapat diubah menjadi biofuel.

“Apa yang baru dari proses yang kami lakukan adalah tujuannya untuk memproduksi bahan bakar dari mikroalga, yang termasuk dalam mikroorganisma,” ujar peneliti Carlos Saez kepada Reuters.

Pakar biokimia Cesar Saez (kiri) melakukan uji coba pada mesin sebuah mobil dengan biofuel yang terbuat dari mikroalga sebagai pengganti mesin diesel untuk mengurangi emisi di Santiago, Chile, 28 Juni 2017.

Sebagian besar dari biodiesel yang diproduksi didunia, untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi, dihasilkan dari minyak kedelai. Bahan bakar itu juga bisa diproduksi dari lemak hewan, canola, atau minyak sawit.

Saez mengatkan tantangan utama ke depannya adalah memproduksi volume mikroalga dalam jumlah yang memadai. Varietas alga air tawar dan air asin yang bermacam-macam ditemukan di Chile, sebuah negara di Amerika Selatan dengan garis pantai Pasifik yang panjang.

Para ilmuwan sedang mencoba untuk meningkatkan teknologi budidaya alga untuk mendorong tingkat produksi dengan biaya rendah dan jumlah energi terbatas, ujar Saez. [ww]