Pengujian berskala luas dimulai hari Senin (27/7) di AS terhadap dua calon vaksin Covid-19 untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Seorang sukarelawan di Savannah, Georgia, pada Senin pagi (27/7) menerima dosis pertama vaksin eksperimental yang diproduksi perusahaan bioteknologi berbasis di AS, Moderna, dan dikembangkan oleh para peneliti di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAI). Ia adalah yang pertama dari 30 ribu orang sehat di berbagai penjuru AS yang akan menerima dua dosis vaksin selama beberapa pekan mendatang, dalam tahap akhir penelitian untuk mengetahui apakah orang terjangkit atau jatuh sakit karena Covid-19.
Tahap terdahulu dalam penelitian itu mendapati bahwa meskipun tak seorang pun sukarelawan mengalami efek samping yang serius dari vaksin baru, lebih dari setengahnya melaporkan reaksi ringan atau sedang seperti kelelahan, sakit kepala, menggigil, nyeri otot dan sakit di tempat disuntik.
Dr. Anthony Fauci, direktur lembaga tersebut, Senin (27/7) mengatakan kepada wartawan bahwa hasil awal uji coba tahap akhir vaksin itu mungkin diketahui sedini bulan November. Jika uji coba itu berhasil, Moderna akan memproduksi 500 juta dosis per tahun, dengan harapan membuat 1 miliar dosis per tahun mulai 2021.
Pengembangan vaksin Moderna/NIAI itu adalah bagian dari prakarsa "Operation Warp Speed" Presiden Donald Trump, yang bertujuan untuk memproduksi 300 juta dosis vaksin berizin pada Januari mendatang. Moderna telah menerima hampir 1 miliar dolar dana dari program tersebut, termasuk 472 juta dolar yang diberikan Minggu lalu untuk mendukung fase pengujian tahap akhir.
Vaksin eksperimental kedua, yang dibuat perusahaan berbasis di AS Pfizer berkolaborasi dengan perusahaan BioNTech SE yang berbasis di Jerman, juga akan diberikan kepada 30 ribu orang di berbagai penjuru AS, Brazil, Argentina dan Jerman. Pfizer, yang melakukan risetnya secara independen dari Operation Warp Speed, telah menerima komitmen 1,95 miliar dolar untuk menghasilkan 100 juta dosis vaksin Covid-19 jika vaksin itu terbukti aman dan efektif.
Para peneliti di kedua proyek itu mengandalkan proses baru yang disebut messenger RNA untuk meningkatkan keampuhan vaksin mereka masing-masing. Messenger RNA, atau disingkat mRNA, memancing tubuh untuk memproduksi protein serupa yang ditemukan di dalam Covid-19, yang oleh sistem imunitas dianggap sebagai benda asing dan berusaha dikenali. Sistem kekebalan tubuh kemudian akan bersiap-siap untuk melindungi tubuh apabila orang yang bersangkutan terpapar virus yang sebenarnya.
Pemanfaatan mRNA belum menghasilkan produksi vaksin baru, tetapi ini berpotensi mempercepat proses, lebih cepat daripada metode yang digunakan sekarang ini.
BACA JUGA: Moderna Mulai Uji Klinis Fase ke-3 Vaksin CoronaKedua calon vaksin Covid-19 itu termasuk di antara hampir 150 yang dikembangkan di seluruh dunia dan sedang dalam berbagai tahap pengujian. Tiga calon vaksin baru lainnya yang dikembangkan, masing-masing oleh perusahaan bioteknologi berbasis di AS Novavax, perusahaan farmasi raksasa Johnson and Johnson, serta kolaborasi antara Universitas Oxford Inggris dan perusahaan AS AstraZeneca, akan segera memasuki pengujian tahap akhir yang juga melibatkan 30 ribu partisipan. Ketiganya ambil bagian dalam Operation Warp Speed.
Menurut statistik Johns Hopkins University, lebih dari 16,4 juta kasus virus corona telah dilaporkan di seluruh dunia, termasuk 654 ribu kematian akibat virus itu.
AS memimpin di dunia dengan lebih dari 4,2 juta kasus terkonfirmasi, termasuk 148.011 kematian akibat virus corona. [uh/ab]