Anak-anak Muda Ikut Berperan Perangi Faham Radikal di Dunia Maya

  • Munarsih Sahana

Suasana workshop "Damai di Dunia Maya" yang berlangsung di Yogyakarta baru-baru ini, diikuti komunitas blogger, pengguna media sosial dan penggiat dunia maya dari 27 propinsi (VOA/Munarsih).

Para blogger dan penggiat media sosial siap bergandeng tangan ikut memerangi faham radikalisme di Indonesia melalui aktivitas mereka di dunia maya.

Andika Kusuma adalah ketua umum Indonesian Backtrack Team (IBT) – komunitas anak muda pengguna sistem operasi “Linux” yang memusatkan perhatian pada keamanan informasi di dunia maya – dan anggotanya tersebar di kota-kota di Sumatra, Jawa, Bali, NTB dan Sulawesi.

Selama ini IBT telah dilibatkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam lawatan ke berbagai kota untuk mengembangkan program anti paham radikalisme melalui dunia maya. Andika mengaku bangga diberi kesempatan mengembangkan diri.

“Pada awal kegiatan kami kan cuma memiliki kegiatan-kegiatan dibawah tanah. Tapi kurang puas gitu. Kami kurang merasa filosofi dari nama Indonesian Backtrack Team itu masih kurang kalau kami hanya mandalami dunia peretasan saja. Kami ingin memberikan sumbangsih sesuai dengan passion kami untuk membangun bangsa. Kebetulan dengan BNPT kami merasa agak satu visi karena kami diberi kesempatan. Kami merasa bangga karena baru kali ini, sebagai anak muda yang belum apa-apa, teman-teman kami banyak yang masih kuliah bahkan ada yang putus kuliah tetapi kami diberi kesempatan ikut membangun bangsa ini,” ungkap Andika.

Salah seorang anggota IBT – Arifin – lebih suka bergabung dalam proyek BNPT di forum Damai di Dunia Maya.

“Menyadarkan anak-anak muda mengisi waktu luang untuk hal yang bermanfaat seperti mempelajari komputer, proyek linux dan sebagainya, bukan dihabiskan untuk membaca hal-hal yang radikal. Lebih baik main ke forum atau belajar yang bermanfaat. Selama ini kita di forum BNPT itu yang di workshop dunia maya,” kata Arifin.

Di sela-sela pertemuan di Yogyakarta baru-baru ini, Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti dalam kapasitasnya sebagai deputi kepala BNPT – yang baru saja dipromosikan menjadi Pangdam Wirabuana – mengatakan BNPT kini menggalakkan “soft approach” dalam menangkal faham radikal. Cara yang ditempuh adalah mencegah tidak terjadinya pemboman maupun tindak kekerasan lain dan mengamankan mereka yang belum terpapar, termasuk anak muda melalui program “Damai di Dunia Maya”.

“Mulai tahun 2015 ini BNPT menggagas program Damai Di Dunia Maya karena selama 3 tahun terakhir dunia maya sudah digunakan sebagai alat propaganda, ada hasutan, ada kebencian, ada provokasi, ada ajaran yang melanggar norma-norma maupun kaidah apapun yang berlaku di negara ini,” papar Agus.

Pakar Teknologi Informasi Ono W. Purbo menyarankan, karena 80 persen pengguna media sosial adalah anak muda, ada baiknya mereka dilibatkan dalam kegiatan menulis yang bisa menjauhkan mereka dari faham radikal.​

“Kita banjiri dunia maya ini dengan informasi yang putih (positif), caranya gimana; cara paling sederhana adalah ngajak anak-anak nulis. Mahasiswa, siswa SMK, SMA mulai menulis di internet; berekspresi, menjelaskan misal Islam itu apa kalau tentang Islam. Akhirnya itu akan mengkristalisasi Islam yang bener seperti apa sih. Kita nggak nyerang ISIS sebetulnya tetapi kita menguatkan pemahaman tentang Islam. Ya udah, anak-anak pada ngeblog aja, tapi itu kan perlu gerakan nasional, itu saja,” ujar Ono.

Sementara Bambang Herlandi anggota komunitas Blogger Balikpapan Kalimantan Timur mengatakan selama ini sudah membantu pemerintah baik langsung maupun tidak langsung mencegah faham radikal.

Bambang menjelaskan, “Kalau peran kami blogger ya jelas kami kami punya media yang bisa kami kelola sendiri. Dengan media itu kita bisa bersosialisasi kepada rekan-rekan kami, ke teman-teman dan follower kami, blog maupun media sosial kami tentang apa itu faham terorisme, radikalisme”.