Tautan-tautan Akses

Warga AS Keturunan Afrika Sangat Menentukan dalam Pilpres


Warga AS keturunan Afrika sangat menentukan dalam pilpres AS 2016. (Foto: dok.)
Warga AS keturunan Afrika sangat menentukan dalam pilpres AS 2016. (Foto: dok.)

Meskipun warga kulit hitam Amerika cenderung memilih kandidat presiden dari partai Demokrat, jumlah mereka yang ikut dalam pemilu 2016 bisa menjadi faktor penting dalam menentukan siapa yang akan terpilih sebagai presiden AS berikutnya, terutama dalam kontes yang berlangsung ketat.

Kasus-kasus yang terekam video yang memperlihatkan penggunaan kekerasan oleh polisi terhadap warga kulit hitam tak bersenjata dalam dua tahun terakhir telah mendorong generasi aktivis yang paham teknologi untuk mengupayakan kesetaraan ras, ekonomi dan sosial.

Carl Lipscombe dari Black Alliance for Just Immigration, organisasi yang membantu warga kulit hitam Amerika dan komunitas imigran kulit hitam mengatakan, para kandidat presiden harus melakukan lebih banyak selain membuat janji-janji apabila mereka ingin para anggota kelompok itu ikut pemilu.

"Tidak cukup menyerukan bahwakita ingin pendidikan gratis bagi semua orang. Kami ingin tahu bagaimana ini akan berdampak pada warga kulit hitam. Kami ingin para pejabatyang terpilih nanti untuk berbicara tentang bagaimana mereka akan menangani krisis pengangguran yang dialami warga kulit hitam," ujarnya.

Statistik Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan tingkat pengangguran di kalangan warga kulit hitam di AS, 9,4 persen, hampir dua kali lipat dari tingkat keseluruhan di seluruh AS. Itu merupakan masalah yang juga dialami imigran yang datang dari Afrika.

Mara Jacqueline Willaford Black Lives Matter untuk kota Seattle, kiri, mengepalkan tangannya saat kandidat capres AS dari Partai Demokrat Bernie Sanders, menyapa peserta saat kampanye di tengah kota Seattle, Washington, Agustus 2015.
Mara Jacqueline Willaford Black Lives Matter untuk kota Seattle, kiri, mengepalkan tangannya saat kandidat capres AS dari Partai Demokrat Bernie Sanders, menyapa peserta saat kampanye di tengah kota Seattle, Washington, Agustus 2015.



Bakary Tandia, pejabat kebijakan pada Komite Layanan Afrika, mengatakan kemajuan perlu dicapai dalam segala tingkat pemerintahan, termasuk di kota New York di bawahpimpinan Walikota Bill de Blasio.

"Dia adalah walikota yang progresif, tetapi dalam pemerintahannya, saya lihat belum ada imigran Afrika yang ditunjuk untuk menempati jabatan penting. Dan begitu juga pada tingkat negara bagian, dan tingkat federal," ujarnya.

Koordinator organisasi-organisasi akar rumput mengatakan gerakan Black Lives Matter dan retorika anti-imigran oleh beberapa kandidat presiden telah mendorong lahirnya generasi baru para pemimpin hak-hak sipil. Steve McFarland, seorang pemimpin komunitas mengatakan, "Memang tidak sebesar dulu. Bukan organisasi besar, tetapi mereka bisa menggerakkan orang-orang, mereka memiliki suara jelas, dan merekabisa mendorong perubahan yang berarti di seluruh AS."

Kandidat capres AS dari Partai Demokrat Hillary Clinton saat berkampanye di Clark Atlanta University, 30 Oktober 2015, di Atlanta, Georgia.
Kandidat capres AS dari Partai Demokrat Hillary Clinton saat berkampanye di Clark Atlanta University, 30 Oktober 2015, di Atlanta, Georgia.



Menjelang pemilihan pendahulan 2016, ada kabar baik bagi kandidat terdepan dari partai Demokrat Hillary Clinton. Sebuah jajak pendapat Gallup baru-baru ini menunjukkan Clinton 80 persen lebih disukai di kalangan warga kulit hitam dewasa, tingkat popularitas tertinggi dari seluruh kandidat. Kini pertanyaannya adalah apakah mereka akan memberikan suara pada hari pemilu. [vm/ii]

XS
SM
MD
LG