Tautan-tautan Akses

Unjuk Rasa Antiperang Menyela Sidang Senat AS Bahas Bantuan bagi Israel dan Ukraina


Para pengunjuk rasa antiperang mengangkat tangan "berdarah" dan tulisan "Free Gaza" di belakang Menlu AS Antony Blinken saat sidang Komisi Senat membahas bantuan bagi Israel dan Ukraina di Gedung Capitol, Washington DC, 31 Oktober 2023.
Para pengunjuk rasa antiperang mengangkat tangan "berdarah" dan tulisan "Free Gaza" di belakang Menlu AS Antony Blinken saat sidang Komisi Senat membahas bantuan bagi Israel dan Ukraina di Gedung Capitol, Washington DC, 31 Oktober 2023.

Sejumlah pengunjuk rasa antiperang meneriakkan seruan gencatan senjata di sela-sela sidang Senat AS untuk membahas bantuan bagi Israel dan Ukraina. Menlu AS Antony Blinken dan Menhan Lloyd Austin menekankan pentingnya pemberian bantuan untuk menegaskan kepemimpinan Amerika di kancah dunia.

Seruan gencatan senjata dan celaan bahwa Amerika Serikat mendukung aksi “genosida” terhadap warga Palestina di Jalur Gaza diteriakkan para pengunjuk rasa secara bergantian, berulang kali menginterupsi sidang dengar pendapat Komite Anggaran Senat AS, hari Selasa (31/10). Sidang itu menghadirkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, yang meminta Senat menyetujui permohonan anggaran tambahan untuk mendukung Israel dan Ukraina.

Sejak awal persidangan, sekelompok pengunjuk rasa yang duduk di kursi hadirin mengangkat tangan mereka yang dilumuri cat berwarna merah (melambangkan "tangan berdarah", red.) sebagai wujud protes antiperang.

Polisi gedung Capitol lantas mengeluarkan mereka satu demi satu ketika para demonstran silih berganti meneriakkan seruan gencatan senjata, untuk melindungi anak-anak Gaza dan menghentikan bantuan perang, ketika Blinken menyampaikan pernyataan pembukaan.

Seorang pengunjuk rasa anti-perang yang membawa tulisan "No More $$$ 4 Israel" (seruan untuk menghentikan bantuan AS untuk Israel) "diamankan" oleh polisi selama sidang Komisi Senat AS di Gedung Capitol, Washington, DC Selasa (31/10).
Seorang pengunjuk rasa anti-perang yang membawa tulisan "No More $$$ 4 Israel" (seruan untuk menghentikan bantuan AS untuk Israel) "diamankan" oleh polisi selama sidang Komisi Senat AS di Gedung Capitol, Washington, DC Selasa (31/10).

Pada akhirnya, Blinken maupun Austin tetap dapat menyelesaikan pernyataan mereka dan melanjutkan persidangan. Kedua penasihat utama Presiden Joe Biden itu menyatakan bahwa AS harus segera mengirimkan bantuan ke Israel dan Ukraina. Permintaan anggaran bantuan darurat senilai $105 miliar (sekitar Rp1.673 triliun) yang diajukan Gedung Putih untuk mengatasi konflik Israel-Hamas, Ukraina dan isu-isu lainnya itu menemui jalan buntu di Kongres AS yang terbelah.

Di Senat, di mana Partai Demokrat yang menaungi Biden duduk sebagai mayoritas, permintaan bantuan itu disambut positif. Di samping itu, banyak pula senator Partai Republik yang mendukung penggabungan bantuan untuk Israel dan Ukraina.

Sementara di DPR, di mana Partai Republik menjadi mayoritas, permintaan bantuan itu menghadapi masalah yang lebih besar. Ketua DPR Mike Johnson, yang baru terpilih pekan lalu, mengusulkan pemangkasan bantuan bagi Ukraina dan memilih fokus membantu Israel saja, dengan mengambil porsi anggaran lembaga pajak AS Internal Revenue Service (IRS).

Di tengah semakin dalamnya perpecahan di Kongres, Blinken dan Austin mengatakan kepada para senator bahwa dukungan luas terhadap bantuan luar negeri akan menjadi sinyal kekuatan Amerika di hadapan musuh.

Blinken mengatakan, “Sekarang kita berada pada momen di mana banyak pihak kembali bertaruh bahwa Amerika Serikat terlalu terbelah atau terganggu di dalam negeri sehingga tidak bisa fokus. Itu yang dipertaruhkan.”

Austin menambahkan, seperti dikatakan Biden, kepemimpinan Amerikalah yang mempersatukan dunia.

“Apabila kita gagal memimpin, maka dampak dan ancaman terhadap Amerika akan semakin besar. Kita tidak boleh memberikan alasan apa pun kepada teman-teman kita, pesaing kita, maupun musuh kita untuk meragukan tekad Amerika,” tandasnya.

Biden telah meminta anggaran sebesar $14,3 miliar (sekitar Rp227,8 trliun) untuk Israel, $61,4 miliar (sekitar Rp978,3 triliun) untuk mendukung Ukraina dan mengisi ulang pasokan persenjataan Pentagon yang telah diberikan, $9,1 miliar (sekitar Rp145 triliun) untuk bantuan kemanusiaan di Gaza, Ukraina dan tempat-tempat lainnya, serta $7,4 miliar (sekitar Rp117,9 triliun) untuk Indo-Pasifik, di mana AS fokus menangkal pengaruh China.

Permintaan Gedung Putih juga mencakup anggaran sekitar $14 miliar (sekitar Rp223 triliun) untuk perbatasan AS, termasuk peningkatan jumlah pertugas perbatasan, pemasangan mesin inspeksi baru untuk mendeteksi fentanil, serta penambahan staf untuk memproses kasus-kasus permohonan suaka.

Unjuk Rasa Antiperang Menyela Sidang Senat AS untuk Bahas Bantuan bagi Israel dan Ukraina
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:25 0:00

Proposal bantuan dari DPR, yang memangkas banyak anggaran dan menyisakan sekitar $14,5 miliar, langsung ditolak senator dari Partai Demokrat – memberikan tekanan pada senator dari Partai Republik, yang mendukung bantuan bagi Ukraina namun sadar akan meningkatnya keprihatinan mengenai hal itu di dalam tubuh partai.

Pendekatan yang berbeda itu menandakan masalah yang masih akan menghantui menyangkut pemberian bantuan luar negeri, ketika Israel dan Ukraina terlibat dalam konflik panjang dan menentukan, yang diyakini oleh Biden dan banyak anggota Kongres dapat menimbulkan konsekuensi besar di seluruh dunia. [rd/lt]

Perang Israel-Hamas Menguji Kebebasan Ekspresi di Kampus-kampus AS
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:04 0:00

Forum

XS
SM
MD
LG