Tautan-tautan Akses

Universitas-Universitas di AS Mulai Turunkan Biaya Kuliah


Gedung Fisher Fine Arts di kampus University of Pennsylvania di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 25 September 2017. (Foto: REUTERS/Charles Mostoller)
Gedung Fisher Fine Arts di kampus University of Pennsylvania di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 25 September 2017. (Foto: REUTERS/Charles Mostoller)

Setelah berpuluh tahun uang kuliah di universitas AS mengalami kenaikan dan menyebabkan utang mahasiswa membengkak, kini, berkat perjuangan mahasiswa serta orang tua mereka, beberapa universitas mulai menurunkan biaya uang kuliah.

Di University of Michigan, universitas negeri peringkat atas di AS, bebas pungutan uang kuliah akan diperluas di kampus-kampus di Flint dan Dearborn.

Program ini dikenal sebagai Go-Blue Guarantee, dan menawarkan mahasiswa penuh waktu dan berstatus penduduk Michigan, asalkan punya GPA (IP) 3,5 dan keluarganya yang berpendapatan di bawah $ 65 ribu per tahun, bebas uang kuliah.

University of Michigan memiliki 6.666 mahasiswa internasional, demikian menurut data International Center universitas itu. Michigan juga memiliki populasi Arab yang besar.

“Para mahasiswa S1 yang tinggal di Michigan tidak saja akan melihat perubahan dalam biaya kuliah mereka, kami memperkirakan, lebih dari 25% tidak akan diwajibkan membayar uang kuliah sama sekali,” demikian kata Rektor Universitas itu Mark Schlissel.

Biaya kuliah dan berbagai pungutan di universitas AS merupakan alasan nomor satu mengapa mahasiswa internasional cenderung memilih pendidikan tinggi di tempat lain, seperti misalnya di Kanada, Australia, dan Selandia Baru, demikian hasil penelitian Institute of International Education atau IIE.

Negara-negara itu berusaha menarik mahasiswa asing lewat pungutan uang kuliah lebih murah sejak pendaftaran ke universitas di AS mulai merosot tiga tahun yang lalu.

“Biaya pendidikan tinggi di AS masih merupakan tantangan besar dalam menarik mahasiswa internasional, dan 55,1% dari lembaga-lembaga ini menyebut biaya sebagai salah satu alasan bagi penurunan pendaftaran mahasiswa,” demikian menurut laporan Open Door dari IIE yang diterbitkan pada November 2019.

Seorang mahasiswa Universitas Negeri Dakota Utara (NDSU) yang mengenakan masker pelindung berjalan melewati gedung Teknik Selatan di kampus saat wabah COVID-19 berlanjut di Fargo, Dakota Utara, AS, 25 Oktober 2020. (Foto: REUTERS/Bing Guan)
Seorang mahasiswa Universitas Negeri Dakota Utara (NDSU) yang mengenakan masker pelindung berjalan melewati gedung Teknik Selatan di kampus saat wabah COVID-19 berlanjut di Fargo, Dakota Utara, AS, 25 Oktober 2020. (Foto: REUTERS/Bing Guan)

Sumbangan dari para selebriti baru-baru ini membantu para mahasiswa untuk menimba ilmu dengan beban finansial yang lebih ringan.

Yale University baru-baru ini menerima sumbangan senilai $150 juta dari David Geffen, seorang tokoh bisnis Hollywood terkemuka. Sumbangan itu diberikan kepada Sekolah Drama universitas tersebut sehingga Yale berhasil membebaskan uang kuliah mahasiswa yang hendak meraih gelar dalam bidang drama.

Seorang milyarder lainnya, MacKenzie Scott, filantrop dan mantan istri dari CEO Amazon Jeff Bezos, sudah tiga kali memberikan sumbangan kepada 286 lembaga, termasuk universitas AS, dan mencapai jumlah $8 milyar. [jm/my]

XS
SM
MD
LG