Tautan-tautan Akses

UNICEF: 16 Juta Anak-Anak di Asia Selatan Terimbas Banjir Dahsyat


Para perempuan menggendong anak-anak mereka saat berjalan melewati kawasan yang teimbas banjir di Bogra, Bangladesh, 20 Agustus 2017. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain).
Para perempuan menggendong anak-anak mereka saat berjalan melewati kawasan yang teimbas banjir di Bogra, Bangladesh, 20 Agustus 2017. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain).

Hampir 16 juta anak-anak “sangat membutuhkan bantuan mendesak” akibat terimbas banjir dahsyat yang menerjang berbagai kawasan di Asia Selatan, sebut Dana Anak-anak PBB, UNICEF.

“Anak-anak kehilangan rumah mereka, sekolah dan bahkan teman serta orang-orang tersayang mereka,” kata Direktur UNICEF wilayah Asia Selatan Jean Gough dalam suatu pernyataan. Gough mengatakan kondisi bisa memburuk jika hujan lebat yang telah membanjiri kawasan itu terus turun.

UNICEF menyatakan banjir dahsyat itu telah menewaskan hampir 1.300 orang dan menyengsarakan lebih dari 45 juta orang sejak pertengahan Agustus.

Banjir telah terjadi selama dua bulan di India, Nepal dan Bangladesh, merendam ratusan desa dan memaksa puluhan ribu orang tinggal di kamp-kamp pengungsi.

Organisasi bantuan menyatakan lebih dari 8 juta orang terimbas banjir di Bangladesh, termasuk sekitar 3 juta anak-anak. Hampir 700 ribu rumah rusak atau hancur dan hampir 2.300 sekolah rusak.

Banjir mengimbas sekitar 1,7 juta orang di Nepal, termasuk sekitar 353 ribu orang yang mengungsi dari rumah mereka. Hampir 2.000 sekolah rusak atau hancur, berdampak pada pendidikan sekitar 255 ribu anak-anak.

Empat negara bagian di India mengalami kerusakan meluas, menimpa lebih dari 31 juta warga, termasuk hampir 12,5 juta anak-anak. Diperkirakan 805 ribu rumah rusak atau hancur. Pendidikan hampir satu juta siswa terganggu setelah banjir merusak sekitar 15.500 sekolah.

Sementara pakar menaksir kerusakan di Asia Selatan, mereka menyatakan bahwa semakin jelas bahwa pemerintah negara-negara di Asia Selatan itu tidak siap menghadapi musim hujan tahunan.

Pemerintah di India, yang paling parah dilanda banjir, lebih berfokus pada upaya pemulihan dan pada kadar yang lebih rendah, berfokus pada pencegahan dan sistem pencegahan dini.

Auditor federal India melansir laporan pada Juli lalu yang menyimpulkan sebagian besar negara bagian belum mengidentifikasi daerah-daerah rawan banjir, sehingga menghambat kemampuan untuk bersiap menghadapi banjir. Laporan ini juga menyebutkan puluhan juta dolar dana pengelolaan banjir masih belum dibelanjakan.

Namun sejumlah pejabat manajemen bencana berpendapat tidak adil jika pemerintah dikritik, mengingatkan dahsyatnya banjir tahun ini. [uh]

XS
SM
MD
LG