Tautan-tautan Akses

Uni Eropa Pertimbangkan Status Kandidat Keanggotaan untuk Ukraina


Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam pertemuan di Kyiv, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, 11 Juni 2022. (REUTERS/Valentyn Ogirenko)
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam pertemuan di Kyiv, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, 11 Juni 2022. (REUTERS/Valentyn Ogirenko)

Badan eksekutif Uni Eropa diperkirakan akan segera memutuskan apakah akan merekomendasikan agar Ukraina diberi status kandidat untuk keanggotaan UE. Komisi UE yang harus menyetujui rekomendasi tersebut dengan suara bulat, akan membahas masalah tersebut pada pertemuan puncak pada tanggal 23 dan 24 Juni. Meskipun sebagian pemimpin UE telah mengisyaratkan dukungan untuk langkah tersebut, beberapa negara anggota menunjukkan keengganan.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam kunjungannya baru-baru ini ke Kyiv bertemu dengan presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, untuk membahas rekonstruksi negara itu dan perkembangan menuju keanggotaan Uni Eropa sementara Uni Eropa akan memperdebatkan isu tersebut dalam beberapa minggu ke depan.

Kepala Komisi Eropa itu mengatakan kepada para pemimpin Eropa timur bulan ini bahwa demi kepentingan strategis dan kewajiban moral, UE perlu menyambut Ukraina ke dalam kelompok beranggotakan 27 negara itu. Von der Leyen juga mengatakan Ukraina pertama-tama harus memenuhi standar dan persyaratan UE.

“Tidak ada jalan pintas, tidak ada standar berisiko dan itu harus dipenuhi karena ini berlaku untuk kita semua di Uni Eropa, dan kita tahu setiap hari betapa sulitnya mempertahankan standar ini di antara kita, 27 negara,” jelas Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Upaya lama Ukraina untuk bergerak lebih dekat ke Eropa barat ikut memicu Revolution of Dignity (Revolusi Martabat) 2014, yang juga dikenal sebagai Revolusi Maidan, setelah pemimpin Ukraina yang didukung pro-Rusia ketika itu menolak untuk menandatangani perjanjian perdagangan yang diinginkan rakyat dengan UE.
Kesepakatan itu akhirnya ditandatangani.

Beberapa hari setelah invasi Rusia ke Ukraina tanggal 24 Februari, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengirim surat untuk memulai proses pencapaian status kandidat negaranya. Tetapi beberapa anggota UE, termasuk Belanda, Belgia, Denmark dan Austria, enggan memberikan status kandidat kepada Ukraina.

Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Ukraina Emine Dzhaparova, mengatakan kepada VOA bahwa keengganan adalah masalah internal UE.

Emine Dzhaparova, Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Ukraina mengatakan, “Masalah utamanya bukan tentang Ukraina, dan masalahnya adalah sesuatu terkait krisis visi dalam UE, sebagai krisis masa depan UE, dengan penekanan khusus bahwa ada daftar tunggu negara. terutama ketika berkenaan dengan negara-negara Balkan barat, yang telah menunggu begitu lama.”

Maria Mezentseva yang mengepalai delegasi Ukraina ke Dewan Eropa, mengatakan Ukraina telah menyelesaikan 63 persen dari ketentuan perjanjian asosiasi UE, yang digunakan untuk membawa negara-negara di kawasan itu lebih dekat ke standar dan norma UE.

Duta Besar AS untuk Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) Michael Carpenter mengatakan kepada VOA bahwa integrasi Ukraina dengan Barat juga merupakan kepentingan Amerika.

“Ini adalah cara terbaik bagi Ukraina memantapkan posisinya pada serangkaian lembaga yang melestarikan demokrasinya, kedaulatan sosialnya, integritas teritorialnya, dan semua atribut kemerdekaan yang kami dukung dan telah lama kami dukung di dalam Ukraina,” komentar Michael Carpenter.

Setelah Ukraina keluar dari perang, kata Carpenter, negara itu akan membangun kembali menjadi negara yang lebih kuat, lebih tangguh dan bersatu dari sebelumnya. [lt/m]

XS
SM
MD
LG