Tautan-tautan Akses

Uganda University #Metoo


Makarere University (Foto: VOA-Halima Athuman/Videograb)
Makarere University (Foto: VOA-Halima Athuman/Videograb)

Apakah gerakan #meeto telah masuk ke universitas terbesar di Uganda? Universitas itu belum lama ini menskors seorang staf yang dituduh meminta secara paksa seorang mahasiswi melakukan perbuatan seksual. Sementara itu, sidang sedang disiapkan untuk menangani gugatan perdata seorang mantan mahasiswi yang menuduh universitas tidak melindunginya dari pelecehan seksual dan melanggar hak asasinya.

Universitas Makerere memiliki 40 ribu mahasiswa dan dianggap sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Afrika Timur. Namun universitas itu sekarang menuai kecaman, dituduh tidak berbuat cukup untuk menghentikan pelecehan seksual terhadap para mahasiswi.

Kisule Rehema mengatakan tidak pernah melaporkan pengalamannya. Ia menemui seorang profesor untuk menanyakan nilai.

"Kemudian dosen itu berkata seperti, kamu pernah berhubungan seks? Jadi saya bertanya-tanya, mengapa ada pertanyaan seperti ini? Saya datang minta nilai dan dosen bertanya seperti itu, dengan wajah yang aneh. Saya jadi heran, apa maksudnya, apa yang diinginkannya. Sejak itu saya tidak mau lagi datang ke kantornya,” kata Kisule Rehema dari Makerere University.

Masalahnya sejak lama menjadi pergunjingan di Makerere, tetapi dua kasus menjadi publik tahun ini.

Sylvia Tamale, Dosen Hukum, Makarere University. (Photo: VOA/Videograph)
Sylvia Tamale, Dosen Hukum, Makarere University. (Photo: VOA/Videograph)

"Kalau seseorang yang punya wewenang menyalahgunakan wewenang itu dan minta imbalan seksual untuk sesuatu, misalnya nilai tidak lengkap, menuntut imbalan seksual untuk sesuatu yang terkait masalah akademis. Bagaimana itu?,” kata Sylvia Tamale, Dosen Hukum di Makarere University.

Profesor hukum Sylvia Tamale memimpin sebuah komisi yang dibentuk tahun 2017 untuk menangani kasus-kasus pelecehan seksual. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, pihak universitas mengusulkan aturan berpakaian untuk mahasiswi, yang dikecam luas.

"Saya menentang usul itu. Saya katakan, seandainya saya punya bibir yang sangat seksi, kalian akan menutupinya? Dengan kata lain, seksualisasi tubuh perempuan bukanlah masalah perempuan itu. Menyalahkan korban adalah salah,” lanjutnya.

Pengacara Issac Semakadde mewakili seorang mahasiswi yang menggugat universitas bulan Februari. Mahasiswi itu dipecat tahun 2013 setelah melaporkan pelecehan seksual. Proses pengadilan itu masih dirahasiakan.

Ada tanda-tanda perubahan. Kebijakan universitas mengenai pelecehan seksual telah diberlakukan tahun 2006, tetapi sekarang Makerere membuat pelatihan online wajib untuk meningkatkan kesadaran mengenai pelecehan seksual.

Sementara itu pihak universitas dengan cepat menskores seorang karyawan bagian registrasi bulan April setelah seorang mahasiswi mengunggah foto di Facebook yang menunjukkan perilaku tidak layak karyawan itu. Penyidikan masih dilakukan. [ds]

XS
SM
MD
LG