Unit-unit militer bersiaga di Kamerun menjelang protes nasional yang diperkirakan akan digelar pada hari Selasa (22/9).
Maurice Kamto, pemimpin Gerakan Renaisans Kamerun yang beroposisi, menyerukan protes damai, yang menuntut antara lain pengunduran diri Presiden Paul Biya, reformasi pemilu dan perwakilan yang lebih baik bagi kelompok minoritas, terutama di kawasan-kawasan yang penduduknya berbahasa Inggris.
Dalam upaya yang tampaknya untuk menyurutkan keikutsertaan dalam protes itu, pemerintah dikabarkan mengancam peserta protes dengan hukuman penjara.
Bentrokan dengan kekerasan antara pasukan keamanan dan mereka yang menuntut hak bagi kawasan-kawasan yang warganya berbahasa Inggris, membuat ribuan orang melarikan diri dalam beberapa tahun terakhir. [lj/uh]