Tautan-tautan Akses

Taliban Harap Biden Pertahankan Perjanjian Perdamaian Afghanistan 


Para kombatan Taliban mengikuti proses perdamaian di Afghanistan.
Para kombatan Taliban mengikuti proses perdamaian di Afghanistan.

Taliban mengatakan mereka berharap Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden akan tetap berpegang pada perjanjian perdamaian yang disepakati antara kelompok itu dengan AS awal tahun ini untuk mengakhiri perang di Afghanistan, perang terlama yang melibatkan AS.

Perjanjian penting 29 Februari yang dirundingkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump itu telah memungkinkan penarikan "bersyarat" semua tentara AS dan NATO dari Afghanistan sebelum Mei 2021.

Militer AS sejak itu telah mengurangi jumlah pasukannya menjadi 4.500 tentara, dari sekitar 13.000 pada waktu perjanjian ditandatangani dan juga mengosongkan beberapa markas Afghanistan.

"(Perjanjian) itu merupakan kepentingan bangsa Afghanistan dan kepentingan bangsa Amerika. Jangan sampai berubah secara signifikan dan harus diterapkan sesuai yang telah disepakati," kata juru bicara Taliban Mohammad Naeem kepada VOA.

"Harapan kami proses perdamaian yang sedang berlangsung dan perjanjian dengan pemerintah AS akan tetap dilanjutkan," kata Naeem. Dia berbicara dari ibu kota Qatar, Doha, di mana Taliban memiliki kantor politik.

Perjanjian itu mewajibkan Taliban untuk tidak menyerang pasukan internasional dan mencegah kelompok teroris, seperti Al-Qaida dan ISIS, beroperasi di Afghanistan. Kesepakatan itu juga membuka jalan bagi perundingan perdamaian langsung antara kelompok pemberontak itu dan perwakilan pemerintah Afghan, tapi ini bukan bagian dari perjanjian AS-Taliban.

Doha menjadi tuan rumah perundingan perdamaian intra-Afghanistan, yang dimulai pada 12 September tapi tersendat karena sengketa antara juru runding Taliban dan Afghanistan karena isu-isu prosedural. [vm/ft]

XS
SM
MD
LG