Tautan-tautan Akses

Tak Ada 'Tanda Kehidupan' di Beirut Setelah 3 Hari Pencarian Korban Selamat


Sejumlah alat berat menyingkirkan puing-puing di sebuah gedung di permukiman Gemmayze yang hancur akibat ledakan hebat di kawasan pelabuhan di Beirut, Lebanon, 5 September 2020. (Foto: Reuters)
Sejumlah alat berat menyingkirkan puing-puing di sebuah gedung di permukiman Gemmayze yang hancur akibat ledakan hebat di kawasan pelabuhan di Beirut, Lebanon, 5 September 2020. (Foto: Reuters)

Tim SAR menggali reruntuhan sebuah bangunan di Beirut untuk hari ketiga Sabtu (5/9). Mereka mengatakan tidak ada lagi harapan untuk menemukan seseorang dalam keadaan hidup, lebih dari sebulan setelah ledakan besar di pelabuhan mengguncang ibukota Lebanon.

Sekitar 50 petugas dan relawan, termasuk sebuah tim khusus dari Chile, bekerja selama tiga hari untuk mencari kemungkinan korban selamat, setelah sensor pada Kamis (3/9) mendeteksi kemungkinan detak jantung dan panas tubuh.

"Secara teknis, tidak ada tanda-tanda kehidupan," kata Francisco Lermanta, kepala grup relawan penyelamat Topos Chile, dalam sebuah konferensi pers Sabtu (5/9) sore. Dia menambahkan bahwa petugas telah menyisir 95 persen dari bangunan itu.

Tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi dua hari terakhir, kata Lermanta, merupakan napas dari sesama petugas yang telah berada di dalam bangunan itu, yang terdeteksi perangkat sensitif. Dia mengatakan kini upaya akan dipusatkan pada pembersihan reruntuhan dan mencari jenazah.

"Kami tidak pernah berhenti bahkan dengan hanya 1% harapan," kata Lermanta mengenai pencarian jenazah. "Kami tidak akan berhenti sampai tugas selesai."

Ledakan pada 4 Agustus itu menewaskan sekitar 190 orang, melukai 6.000 lainnya, dan menghancurkan sejumlah permukiman. Pihak berwenang mengadakan upacara pada Jumat (4/9) untuk menandai sebulan sejak ledakan itu mengoyak kota yang masih terdampak krisis ekonomi. [vm/ft]

XS
SM
MD
LG