Tautan-tautan Akses

Sushi dengan Bahan Rahasia: Plastik Mikro


Sushi dengan Bahan Rahasia: Plastik Mikro
Sushi dengan Bahan Rahasia: Plastik Mikro

Paket sushi all-you-can-eat tertata cantik yang Anda nikmati bersama dengan teman-teman minggu lalu mungkin mengandung bahan khusus: plastik.

Plastik mikro adalah sisa-sisa dari tas plastik, bungkus makanan dan sedotan yang hampir namun tidak terlalu hancur di lautan. Bahan ini ditemukan di dalam 3 dari 4 ikan, seperti cumi-cumi dan ikan todak di pasar-pasar di berbagai belahan dunia, ungkap pengarang ‘February study’.

“Ikan-ikan ini hidup di area terpencil, jadi secara teoritis ikan-ikan ini mustinya jauh dari pengaruh manusia, seperti plastik mikro,” papar Alina Wieczorek, pimpinan pengarang the Frontier study.

“Meskipun demikian, karena mereka bermigrasi secara reguler menuju daratan, kami menduga mereka mencerna plastik-plastik kecil di sana,” ujarnya.

Rangkaian Makanan Tercemar

Para konsumen mulai sadar dengan berbagai kandungan polutan dalam makanan, dan para ilmuwan bergabung dengan mereka dalam meningkatkan kesadaran dan melawan isu-isu lain seperti penjaringan ikan berlebihan. Minggu lalu, ribuan orang berdemonstrasi di AS dan 25 negara lain untuk memperingati Hari Laut Dunia.

Dibalik salah satu kostum ikan hiu dalam jajaran para pendemo tersebut, ada Brian Yurasits, direktur pengembangan dalam organisasi nirlaba TerraMar Project, yang mendidik dan mempromosikan isu-isu terkait kelautan. Di bawah bayangan Monumen Washington dan balon paus ukuran besar berwarna biru, Yurasits berkeliling bersama dengan 3.000 orang lain dalam demonstrasi itu.

“Masalah yang kita hadapi saat ini adalah penangkapan ikan berlebihan, perubahan iklam, serbuan spesies dan hilangnya beberapa habitat,” ujarnya.

Organisasi kepemudaan, Sea Youth Rise Up, yang mengadvokasi perlindungan laut, termasuk dalam bentuk pengurangan penggunaan tas plastik sekali pakai dan sedotan platik, botol air dan tas belanja, yang dihancurkan oleh laut menjadi plastik mikro. Kebanyakan plastik yang berakhir di lautan awalnya disalurkan melalui sungai dari sampah yang tercecer di tanah.

Plastik mikro adalah plastik yang berukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil dari plankton, sajian populer dari makanan laut. Plastik mikro terbuat dari hidrokarbon, senyawa yang ditemukan dalam minyak bumi i dan gas alam. Plastik mikro juga menarik bahan-bahan pencemar lainnya, menurut paparan Asosiasi Nasional Guru Geosains (National Association of Geoscience Teachers).

Karena plastik mikro tidak bisa dicerna, mereka menjadi bagian dari ikan-ikan yang mengkonsumsinya.

“Akibat paling besar bukanlah yang bisa kita lihat secara langsung,” ungkap Katie Farnsworth, profesor dan pakar geologi yang mengkaji endapan pantai di Universitas Indiana di Pennsilvania. “Bahaya terbesar sesungguhnya adalah plastik mikro karena ia dikonsumsi oleh hewan-hewan yang ada di dasar rangkaian makanan, kemudian ia berpindah ke atas melalui rangkaian itu.”

Plastik bisa menyalurkan racun, ungkapnya, karena ia terbuat dari hidrokarbon yang terikat dengan bahan-bahan tercemar lain yang ada di laut.

Karbon Dioksida

Plastik mikro bukanlah satu-satunya ancaman untuk kehidupan laut. Pengasaman laut dan penjaringan ikan berlebihan juga membahayakan kesehatan kehidupan lautan.

Pengasaman laut terjadi ketika air laut menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karbon dioksida tersalur ke udara melalui pembakaran bahan bakar, seperti minyak dan batu bara. Ia menjadikan laut semakin asam dan ini membahayakan kerang, ikan dan tanaman lautan lainnya.

Keasaman laut telah meningkat sekitar 25 persen sejak Revolusi Industri pada 1760, sebagaimana dilaporkan EPA, umumnya digambarkan dengan cerobong yang mengeluarkan gelembung asap di pabrik-pabrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.

Julia Dohner adalah mahasiswa Ph.D. tahun kedua yang mempelajari kimia laut dan kimia bumi di the Scripp Institution of Oceanography di San Diego. Dia juga seorang peselancar yang sering berselancar di laut Pasifik.

“Semua yang saya pikirkan adalah melalui konteks karbondioksida,” ungkap Dohner. “Bagi saya, mengurangi penggunaan karbon dioksida adalah sangat penting. Ini adalah tugas yang mudah, jika Anda ingin melakukan sesuatu terkait lingkungan.”

Dohner mengatakan bahwa dia percaya bahwa beberapa tahun belakangan ini kesadaran akan pengasaman laut semakin meningkat.

“Telah ada banyak usaha yang berlangsung untuk memahami betapa cepatnya laut kita mengasam dan mengerti bagaimana kondisi-kondisi ini akan mempengaruhi berbagai bentuk isi lautan,” kata Dohner.

Penangkapan Ikan Berlebihan

Penangkapan ikan berlebihan juga mengancam kehidupan laut. Penangkapan ikan berlebihan terjadi ketika jumlah ikan yang ditangkap lebih banyak dibanding jumlah populasi yang bisa menggantikan jumlah ikan tangkapan tersebut melalui reproduksi natural.

Berdasarkan World Wildlife Federation, beberapa populasi ikan yang penting di pasaran, seperti ikan tuna Atlantik bluefin, telah menurun hingga di suatu titik dimana kelangsungan hidup mereka sebagai sebuah spesies terancam.

“Berbagai peraturan yang berlaku hanya di satu negara tidak terlalu membantu. Anda membutuhkan sebuah traktat agar semua pihak menyetujui hal yang sama,” ujarnya.

Dohner mengatakan dia percaya bahwa ancaman terbesar yang dihadapi oleh laut adalah kurangnya kesadaran atas isu-isu ini.

“Saat ini ada berbagai penelitian tentang bagaimana planet kita sedang mengalami perubahan dan bagaimana ia akan nampak di masa depan,” ungkap Dohner. “Tetapi, ujung-ujungnya, jika kita tidak bisa meyakinkan orang-orang tentang kebijakan nyata yang harus berubah, lalu bagaimana kita bisa menyelesaikan hal ini?.” [halim m. khoiri/ft]

XS
SM
MD
LG