Tautan-tautan Akses

Sudan Selatan Dapatkan Pinjaman 174 Juta Dolar dari IMF


Pemerintahan Presiden Salva Kiir tak kunjung membayar gaji PNS dalam lima bulan terakhir (foto: dok).
Pemerintahan Presiden Salva Kiir tak kunjung membayar gaji PNS dalam lima bulan terakhir (foto: dok).

Dana Moneter Internasional IMF setuju untuk memberikan pinjaman ekonomi bernilai 174,2 juta dolar pada pemerintah Sudan Selatan.

Menurut Gubernur Bank Sentral Sudan Selatan Tier Tong Ngor, pinjaman itu akan digunakan untuk mengatasi dua masalah signifikan. “Kami telah sepakat dengan IMF bahwa separuh anggaran itu akan digunakan untuk membayar tunggakan gaji dan sebagian lainnya akan tetap menjadi milik bank sentral untuk mendukung neraca pembayaran guna menstabilkan nilai tukar dan menstabilkan pasar,” ujarnya.

Pemerintah tak kunjung membayar gaji PNS lima bulan terakhir ini. Ngor mengatakan bank sentral berharap dapat menyelesaikan pembukuannya pada akhir tahun fiskal berikutnya,

Ia menggarisbawahi bahwa Sudan Selatan akan membayar kembali pinjaman itu tanpa bunga dalam “jangka panjang.” Saat ditanya kapan pemerintah harus mulai melunasi pinjaman IMF itu, Ngor tidak menjawab.

Ngor menyalahkan jatuhnya harga minyak internasional, dampak pandemi virus corona dan banjir tahun lalu sebagai faktor-faktor yang mempersulit perekonomian Sudan Selatan.

Ngor mengatakan bank sentral juga sedang menggagas beberapa inisiatif lain untuk memulihkan stabilitas ekonomi. “Kami telah menghentikan defisit anggaran dan juga memperkenalkan lelang valuta asing ke biro-biro devisa. Kami telah melelang sekitar dua juta dolar setiap minggu sejak Desember lalu, dan hal itu terus berlanjut. Langkah ini telah membantu menstabilkan nilai tukar dan stabilitas harga,” ujarnya.

Tiga juta dolar akan dilelang setiap dua minggu ke bank komersial, selain dua juta dolar yang dilelang ke biro devisa setiap dua minggu, tambah Ngor. Ia juga mencatat bahwa bank sentral berusaha menyatukan nilai tukar resmi dengan nilai pasar.

Namun analis kebijakan di Sudd Institute yang berkantor di Juba, Augustino Ting Mayai, mengatakan langkah itu tidak akan menyelesaikan kesengsaraan ekonomi di Sudan Selatan. Namun ia menilai langkah itu menuju arah yang benar. “Langkah ini lebih sebagai instrumen pendukung untuk stabilisasi ekonomi, tetapi kita membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk merangsang perekonomian. Jadi pinjaman itu bukan solusi, tetapi memberi ruang bernafas bagi pemerintah agar dapat menggunakan uang hasil minyak bumi untuk prioritas lain, ujar Mayai kepada VOA.

Sudan Selatan bergerak dengan dua nilai tukar yang berbeda, yaitu nilai resmi dan nilai pasar yang disebut sebagai “pasar gelap.” Lebih dari satu tahun lalu, sebelum merebaknya pandemi virus corona, nilai tukar pasar di Sudan Selatan adalah 280 pounds Sudan Selatan untuk satu dolar amerika. Hari ini satu dolar Amerika diperdagangkan senilai 183 pounds Sudan selatan. [em/pp]

Recommended

XS
SM
MD
LG