Tautan-tautan Akses

Soal Reformasi Aturan Kepemilikan Senjata Api, Biden: ‘Kita Tidak Boleh Mengecewakan Rakyat Amerika Lagi’


Presiden AS Joe Biden berbicara tentang kekerasan senjata dalam sebuah pidato yang disampaikan dari Gedung Putih, Washington, pada 2 Juni 2022. (Foto: Reuters/Leah Millis)
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang kekerasan senjata dalam sebuah pidato yang disampaikan dari Gedung Putih, Washington, pada 2 Juni 2022. (Foto: Reuters/Leah Millis)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan permohonan yang berapi-api kepada Kongres AS untuk mengambil tindakan terkait masalah pengendalian senjata api. Dalam pidato yang ditujukan kepada rakyat Amerika pada Kamis (2/6) malam, ia berseru kepada para anggota Kongres agar membatasi penjualan senjata api serbu dan magasin berkapasitas tinggi setelah terjadinya serangkaian penembakan massal di negara itu.

Berbicara dari Gedung Putih, Biden mengakui adanya hambatan politik yang kaku dalam upayanya untuk memberikan tekanan kepada Kongres agar meloloskan batasan-batasan yang lebih ketat terkait aturan kepemilikan senjata api, setelah upaya-upaya yang sama selalu gagal menyusul berbagai penembakan massal di masa lalu.

Ia mengatakan, apabila Kongres tidak mau menerima seluruh proposalnya, setidaknya mereka harus menemukan kompromi pada langkah-langkah lainnya, seperti pembatasan akses senjata api bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan jiwa atau menaikkan batas usia untuk membeli senjata serbu, dari 18 menjadi 21 tahun.

“Berapa banyak lagi pembantaian yang kita mau terima,” kata Biden setelah penembakan massal yang dilakukan oleh seorang pemuda bersenjata, 18 tahun, yang membunuh 19 murid dan dua guru di sebuah sekolah dasar di kota Uvalde, Texas, dan penembakan massal lainnya pada Rabu (1/6) di Tulsa, Oklahoma, di mana pelaku membunuh empat orang dan dirinya sendiri di sebuah kompleks rumah sakit.

Semua kasus itu terjadi setelah penembakan massal 14 Mei lalu di kota Buffalo, New York, di mana seorang pemuda berusia 18 tahun yang mengenakan perlengkapan militer menyiarkan langsung penembakan massal yang dilakukannya dengan menggunakan senapan serbu di sebuah pasar swalayan di daerah yang mayoritas berpenduduk kulit hitam, menewaskan 10 orang dan melukai tiga orang lainnya, dalam apa yang disebut pihak berwenang sebagai “ekstremisme kekerasan bermotif rasial.”

“Setelah Columbine, setelah Sandy Hook, setelah Charleston, setelah Orlando, setelah Las Vegas, setelah Parkland, tidak ada tindakan apa pun. Kali ini itu tidak boleh terjadi. Kali ini, kita harus melakukan sesuatu,” kata Biden, menyerukan kepada Senat AS, di mana 10 suara dari Partai Republik diperlukan agar RUU reformasi kepemilikan senjata api bisa disahkan.

“Kita tidak boleh mengecewakan rakyat Amerika lagi,” ungkapnya dalam siaran televisi yang disiarkan secara nasional. [rd/rs]

XS
SM
MD
LG