Tautan-tautan Akses

Sekjen PBB: Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan


Sekjen PBB Ban Ki-moon di Marrakech, Moroko, 15 November 2016 (Foto: dok).
Sekjen PBB Ban Ki-moon di Marrakech, Moroko, 15 November 2016 (Foto: dok).

Tanggal 25 November adalah awal kampanye 16 hari PBB untuk membangkitkan kesadaran terhadap kekerasan berlandaskan gender. Kampanye berakhir tanggal 10 Desember, Hari Hak Asasi Manusia.

"Masih banyak yang perlu dilakukan untuk memberi kesadaran akan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan membawa perbaikan yang berarti," kata Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon.

"Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan menimbulkan beban bersakala besar pada keluarga, komunitas dan ekonomi," kata Ban dalam pernyataan hari Jumat, menyambut Hari Internasional bagi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Perempuan.

"Sebagai akibat kekerasan, perempuan tidak bisa bekerja, peluang mereka untuk bekerja menghadapi risiko, mengancam penghasilan yang amat dibutuhkan, kemandirian dan kemampuan mereka untuk meninggalkan hubungan yang merendahkan", lanjutnya.

Tanggal 25 November adalah awal kampanye 16 hari PBB untuk membangkitkan kesadaran terhadap kekerasan berlandaskan gender. Kampanye berakhir tanggal 10 Desember, Hari Hak Asasi Manusia.

"Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan tidak saja melanggar hak asasi manusia, tetapi juga kendala bagi pembangunan yang berkesinambungan," kata Ban. Ia kecewa semua upaya untuk mengatasi kekerasan demikian, walaupun mendapat komitmen politik yang kuat, namun mengalami kekurangan sumber termasuk dana.

Statistiknya hampir tidak dapat dipercaya, katanya. “Di sebagian negara sampai 70 persen perempuan melaporkan mengalami kekerasan badani dan seksual dari partner dekat. Di sejumlah negara antara 40 sampai 70 persen perempuan korban pembunuhan adalah akibat kekerasan oleh partner dekat’.

Ban mengatakan, kekerasan berdasarkan gender juga menyebabkan hilangnya produktivitas bagi bisnis dan menguras sumber-sumber dari layanan sosial, sistem hukum, dan lembaga kesehatan. Hasilnya, katanya, ialah penderitaan yang luar biasa maupun juga pemungkiran perempuan dari melakukan peran mereka secara penuh dan wajar dalam masyarakat. [ps/al]

XS
SM
MD
LG