Tautan-tautan Akses

Sebagian Warga Iran Khawatir tentang Sosok Calon Pengganti Raisi


Para pelayat mendatangan acara pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi di alun-alun Azadi di Teheran, Iran, pada 22 Mei 2024. (Foto: AFP)
Para pelayat mendatangan acara pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi di alun-alun Azadi di Teheran, Iran, pada 22 Mei 2024. (Foto: AFP)

Kekhawatiran meningkat di antara sebagian warga Iran, mengenai siapa yang akan menggantikan Ebrahim Raisi sebagai presiden negara republik Islam itu, setelah ia tewas dalam kecelakaan helikopter pada hari Minggu (19/5) lalu.

“Saya lebih khawatir daripada sedih,” kata Mohadeseh Jalali di acara pemakaman Raisi dan rombongannya di Teheran pada Rabu (22/5). Raisi tewas ketika helikopternya menabrak gunung di barat laut Iran dalam kondisi cuaca buruk.

Negara itu kini akan mengadakan pemilihan umum pada tanggal 28 Juni mendatang untuk memilih pengganti Raisi.

“Bagaimana saya dapat menemukan orang seperti dia? Saya benar-benar khawatir tentang itu,” kata Mohsen, ulama berusia 31 tahun. Media pemerintah melaporkan jutaan orang menghadiri pemakaman Raisi di ibu kota Teheran.

“Sejauh yang saya tahu, kami tidak memiliki orang yang sama berwibawanya dengan dia,” tambah Mohsen, yang hanya memberikan nama depannya. Ia berasal dari ibu kota ulama Iran, Qom.

Menjelang pemilu pada bulan depan, kampanye diperkirakan akan dimulai setelah masa berkabung nasional selama lima hari yang diumumkan pada hari Senin (20/5).

Pemilihan presiden di Iran sebelumnya dijadwalkan baru akan digelar pada tahun depan. Kecelakaan yang menimpa Raisi telah menyebabkan ketidakpastian tentang siapa yang akan menggantikan dirinya.

Raisi yang ultrakonservatif telah menjabat sejak pemilu 2021, yang mejadi saksi di mana kandidat dari kalangan reformis dan moderat digugurkan dari pencalonan presiden.

“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi” dalam pemilu ini, kata Mohsen kepada kantor berita AFP, seraya menambahkan bahwa “di antara kandidat potensial, tidak ada kesepakatan di kalangan konservatif.”

Kelompok konservatif dan ultrakonservatif semakin memperkuat cengkeraman kekuasaan mereka pada bulan Maret, ketika meraih kemenangan telak dalam pemilihan parlemen.

Namun, pemungutan suara ditandai dengan tingkat keikutsertaan pemilih yang sedikit, di mana jumlahnya hanya mencapai 41%, terendah sejak Revolusi Islam pada tahun 1979.

“Saya memilih dia [Raisi.red] di pemilihan presiden 2017 [ketika dia berada di peringkat kedua] dan juga pada pemilihan 2021,” ungkap Mostafa, seorang ulama yang meminta hanya nama depannya saja yang digunakan.

“Saya tidak menyesalinya sama sekali,” katanya, seraya menambahkan, namun “Upaya pemerintah dalam mengatur kondisi ekonomi perlu dikritik.” [ps/jm/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG