Tautan-tautan Akses

Romney Serang Kebijakan Pemerintahan Obama di Timur Tengah


Mitt Romney memberikan pidato mengenai kebijakan luar negeri Amerika di Virginia Military Institute (VMI) di kota Lexington, negara bagian Virginia (8/10).
Mitt Romney memberikan pidato mengenai kebijakan luar negeri Amerika di Virginia Military Institute (VMI) di kota Lexington, negara bagian Virginia (8/10).

Mitt Romney berpidato hari Senin yang mengecam Presiden Barack Obama karena gagal menerapkan kepemimpinan global Amerika – yang menurutnya telah meningkatkan resiko konflik, terutama di Timur Tengah.

Mitt Romney – kandidat presiden dari Partai Republik – hari Senin mengatakan ia akan menjadi presiden yang kuat secara internasional, jika terpilih bulan depan. Ia menggunakan pidatonya di Institut Militer Virginia di negara bagian Virginia untuk mengecam kelemahan Presiden Barack Obama – saingannya dari Partai Demokrat – dalam urusan luar negeri.

Mitt Romney berupaya memperjelas kepada para pemilih bagaimana caranya menjalankan kebijakan luar negeri Amerika sebagai presiden, yang jauh berbeda dengan apa yang disebutnya kepemimpinan Presiden Obama yang lemah dalam urusan global.

Pidato Mitt Romney umumnya terfokus pada Timur Tengah, di mana menurutnya serangan-serangan pada beberapa fasilitas diplomatik Amerika – termasuk serangan yang menewaskan Duta Besar Amerika Untuk Libya Chris Stevens bukanlah tindakan acak, tetapi merupakan “ekspresi perjuangan panjang” yang berkembang di kawasan itu.

Mantan Gubernur Masschusetts itu mengatakan setelah beberapa waktu, Presiden Obama “akhirnya mengakui” bahwa serangan di Libya itu tampaknya merupakan ulah para teroris. Mitt Romney menuduh Presiden Obama gagal memimpin.

“Saya ingin mengemukakan sejelas-jelasnya. Kesalahan atas pembunuhan orang-orang kita di Libya dan serangan-serangan di kedutaan kita di banyak negara lain, semata-mata terletak pada mereka yang melaksanakannya. Bukan pada orang lain. Tetapi ini merupakan tanggung jawab presiden kita untuk menggunakan kekuatan besar Amerika untuk mengubah sejarah – bukan memimpin dari belakang, membiarkan nasib kita pada belas kasihan peristiwa-peristiwa itu. Ironisnya, inilah yang terjadi di Timur Tengah di bawah kepemimpinan Presiden Obama,” kata Romney.

Mitt Romney mengatakan sebagai presiden ia akan mendukung sahabat-sahabat yang mempunyai nilai-nilai sama dengan Amerika dan menetapkan “syarat-syarat yang jelas” bagi bantuan luar negeri Amerika.

Mengenai Mesir – Mitt Romney mengatakan akan mendorong pemerintah negara itu untuk mewakili semua warga Mesir, membangun institusi-institusi demokratis dan mempertahankan kesepakatan perdamaiannya dengan Israel.

Mitt Romney menuduh Presiden Obama gagal memimpin terkait dengan Suriah. Tetapi ia tidak sampai mengatakan bahwa ia akan secara langsung mempersenjatai para pemberontak yang memerangi pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad. Tetapi Mitt Romney menambahkan ia akan melakukan segala sesuatunya untuk memfasilitasi bantuan semacam itu dan membangun pengaruh dengan pemimpin-pemimpin masa depan Suriah.

“Saya akan bekerjasama dengan mitra-mitra kita guna mengidentifikasi dan mengorganisir anggota-anggota kelompok oposisi yang mempunyai nilai-nilai sama dengan Amerika, dan kemudian memastikan agar mereka memperoleh senjata yang mereka perlukan untuk mengalahkan tank, helikopter dan jet tempur Presiden Assad,” paparnya.

Mitt Romney juga mengecam Presiden Obama atas krisis dengan Iran terkait program nuklirnya dan tentang hubungan Amerika dengan Israel. Ia menuduh Obama hendak menjauhkan diri dari Israel.

Calon presiden dari Partai Republik ini bersumpah akan memperjelas sikap terhadap Iran, bahwa upaya memperoleh senjata nuklirnya “tidak akan ditolerir”. Mitt Romney juga bersumpah bahwa Iran tidak akan diijinkan untuk membuat senjata nuklir.

Mitt Romney mengatakan ia tidak akan bersikap fleksibel terhadap Rusia terkait isu pertahanan misil. Ia juga mengecam beberapa kebijakan pemerintahan Obama atas apa yang disebutnya sebuah negara Tiongkok yang “asertif” dan bersumpah akan membangun kembali kekuatan militer global Amerika.

Mitt Romney mengatakan “penarikan mundur pasukan Amerika secara mendadak” dari Irak telah menciptakan lebih banyak aksi kekerasan disana dan mengikis demokrasi. Ia menuduh Obama “melakukan penarikan mundur yang dijadwalkan itu secara politik” di Afghanistan.

Tim kampanye Presiden Obama dan Gedung Putih segera menanggapi pidato Mitt Romney itu.

Ben LaBolt – pejabat kampanye Obama mengatakan beberapa jajak pendapat publik menunjukkan Obama unggul atas Mitt Romney terkait kepemimpinannya dalamhal keamanan nasional – termasuk tanggung jawab untuk mengakhiri perang Irak, penghancuran Al Qaeda dan pembunuhan Osama bin Laden.

Madeleine Albright yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di bawah Presiden Bill Clinton dari Partai Demokrat, menyebut beberapa hal yang dikemukakan Mitt Romney – khususnya dalam isu-isu perdagangan – sebagai “kekeliruan besar”.

Soal Timur Tengah – ujar Albright, pidato Mitt Romney memicu pertanyaan-pertanyaan tentang “apa yang akan dilakukannya secara berbeda dan apakah ia memahami apa yang terjadi di dunia Arab dan bagaimana cara menanganinya”.

“Bagi mereka yang tidak terlalu memahami kebijakan luar negeri, pidato ini kedengarannya cukup baik. Tetapi saya kira pidato ini penuh dengan hal-hal klise dan tidak substantif, anda tahu – perdamaian lewat kekuatan, kejelasan dan penyelesaian. Gagasan-gagasan itu bukanlah kebijakan luar negeri,” ujar Albright.

Para analis mengatakan tidak jelas apakah pidato tentang kebijakan luar negeri Mitt Romney ini akan mendorong peringkatnya dalam kampanye di mana isu ekonomi menjadi hal dominan.

Mitt Romney telah memperoleh manfaat dari lemahnya penampilan Barack Obama dalam debat presiden pekan lalu. Beberapa survei menunjukkan Mitt Romney unggul tipis dari Obama secara nasional dan di beberapa negara bagian yang diperebutkan.
XS
SM
MD
LG