Tautan-tautan Akses

Romeo, Kodok Air Bolivia Terancam Punah


Dua kodok di sebuah kolam di Utrecht, Belanda, 3 April 2011. Tampak telur-telur kodok mengapung di permukaan air. (Foto: Reuters)
Dua kodok di sebuah kolam di Utrecht, Belanda, 3 April 2011. Tampak telur-telur kodok mengapung di permukaan air. (Foto: Reuters)

Romeo, si kodok air dan bintang media sosial, keinginannya mendapatkan pasangan belum terwujud. Dan sekarang dengan tabah, Romeo menghadapi ancaman punah sebagaimana bisa terjadi pada binatang amfibi.

Romeo diketahui adalah yang terakhir dari jenisnya, kodok air Sehuencas atau Telmatobius yuracare. Ia sudah lama memanggil-manggil pasangan dari tangkinya di Museum Sejarah Alam Cochabamba.

Gagal menjodohkannya dengan kodok lokal, Februari lalu penjaganya meluncurkan seruan global mencari seekor Juliet. Terkumpul sekitar $25 ribu dana untuk biaya mencari jodoh itu, namun sejauh ini belum ada kabar menggembirakan. Jadi, bunyi suaranya yang parau masih belum mendapat sambutan.

Kodok bisa hidup sampai 15 tahun dan Romeo ditemukan 9 tahun lalu. Tidak yang menyangka mencarikan jodoh baginya demikian sulit. “Jadi sekarang kami berada pada keadaan darurat, harus mencari lagi spesiesnya atau spesiesnya akan punah” kata Teresa Camacho Badani di museum itu.

Kodok jenis Romeo ditemukan di dua bagian Bolivia – Cochabamba dan Santa Cruz. “Ini spesies terancam, hidup dalam air dan paling umum terdapat di Bolivia pada ketinggian antara 2050 dan 3600 meter di atas permukaan laut” kata Camacho kepada AFP.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan 2006 dan 2008 menunjukkan spesies ini dihadapkan pada kepunahan yang cepat.

Tadinya spesies ini terdapat di Ekuador, kata Camacho, namun di sana diduga sudah tidak ada lagi. Di sesama negara Andea itupun bunyi suaranya yang parau itu sudah lenyap. [vm/al]

XS
SM
MD
LG